Puisi Kami #02

"Ayok ayok kita maen!"
"Maenan apa aja"
"di SOPO"

"Tapi"

"Ya ya  aku mengerti maksud tapi"

Kalo gitu...
Siapa yang mau jadi pupuk bawang?

Mau, mau
Aku de'e wae
Aku ikut donk
Aku juga gah aku
La piye yowes?
Sing pupuk bawang ngacung!
Tak itunge!

(Suket Jiwa)




 

LORONG, LENTERA DAN LANGIT MALAM INI

Ketika terbaca, tulisan ini, abjad dan kalimat ini, menandakan sedikit gerutan rasa yang tersimpan, dalam…
Ketika itu masih mengalir di darah, vena dan arteri
Tapi seiring panas bumi yang semakin mendekati titik didih, embun-embun di pagi hari telah menguap, menuju kehampaan
Dan tahukah engkau arti kehampaan itu?
Kehampaan adalah dimana jiwamu terasing, terbengkalai. Menatap langit hanya ada hitam yang menyelimuti. Dan ketika kau mengambil sebatang penghabisan, maka bara apinya, asapnya, dan lekukan abu akan mengiringi dentuman detak jantungmu yang mengalun cepat tapi syahdu. Ditambah lagi dimana kau tertunduk dan segumpal mendung mendarat perlahan, mengajakmu menari bersamanya, dalam kekalutan… 

Dramatis nan ironis…

Berharap lorong ini akan kulewati. Aku butuh cahaya. Maukah kau ambilkan lentera itu sebagai 
penerangnya?
Lentera itu akan kupegang, melawati lorong ini. Berjalan dalam kebahagiaan walau langkahku sedikit gontai tak tentu arah. Kegontaianku akibat diperdaya oleh sang angin.
Yang aku inginkah adalah, langit malam ini cerah. Sehingga biarkan darahku mengalir kembali melewati vena dan arteri. Jika kulihat langit yang cerah malam ini, aku hanya ingin tersenyum, dan bernyanyi bersama angin yang sepoi-sepoi menggodaku.
Dan ketika kutengok ke lorong tadi, aku juga ingin supaya aku bisa merasakan bibirku tersenyum, tulus..
Tak peduli langkah-langkahku yang tak berarti dan sekarang pun pergi berganti menjadi abu sisa terbakar..
Yang kuinginkah sekarang adalah biarkan aku tersenyum melihat langit malam ini..
Dan biarkanlah aku juga tersenyum melihat ke belakang, lorong itu terbentang.. Jauh, jauh..
Kakiku ini sudah tak kuat menahan bebanku, sendiri..

Jika bersama…. (?)

(FLYAWAY, 11 April 2012)




 
ANOTHER BITTER TASTE OF USELESS SOUL


Tik..Tok..Tik..Tok
Menghitung detik-detik ini, sama saja mempercepat kedatangan hari penghakiman
Hari yang dimana palu hakim akan menentukan seberapa cepat kepalamu terputus kelak
Kepalamu memang pantas mendapatkannya
Tak ada isi, yang ada hanya logika semu dan cerita dari negeri antah berantah

Tik..Tok..Tik..Tok
Jam berdetak cepat, tapi migraine ini masih menyelimuti sunyi
Di atas meja itu sudah aku siapkan Revolver,
Siapa ingin menjadi sasaran tembak?
Apa? Kau bilang kepalaku? Jangan…Jangan..Aku tak berhak menyakiti diriku sendiri
Lebih baik Revolver ini kuserahkan padamu, arahkan ke kepalaku, dan aku akan hidup abadi

Tik..Tok..Tik..Tok
Mencoba bertanya..
Mengapa? Bagaimana? Akankah?
Siapa? Di mana? Apakah?
Mungkinkah? Seberapakah? Tentukah?
Inikah? Betulkah? Satukah?
Namun. Semua. Perlahan. Mati.

(FLYAWAY, 18 April 2012)




MELANKOLIA ITU…

Memang benar dan tak ada penyangkalan..
Rasa adalah misteri, yakinlah rasa itu ada. Bagi yang matanya tak terpejam
Menelusuk ke dalam celah-celah pikiran, menggenggam erat aliran darah dan membuat nafasmu tak beraturan. Seperti hidup ini. Bagai tak ada motif, statis nan melankolis, tragis..
Melankolia, kau terbangkan aku ke udara. Menari bersama mimpi, kita berjalan bersama di atas pelangi, melukis nama kita di birunya awan, sebuah deskripsi keindahan..
Melankolia, tahukah kau hamparan gersang? Aku tak takut melewatinya, karena oase penyejuk pikiran akan selalu setia menanti di sana..
Melankolia, kita adalah makhluk semesta malam. Kuajak kau berpetualang ke jagad raya. Menasbihkan nama kita sebagai petualang semesta. Kuukir parasmu dalam rasi bintang, dan ku akan mengenang itu, pelan..

Kuatur nafasku yang tersengal, ku atur detak jantungku yang tak beraturan, kunikmati sebagai sebuah penghormatan pada sebuah focus yang terbaca. Dan berkata, “Tak ada hari esok, hari ini adalah penentuan atau mati saja dalam penantian”

Aku berdiri di sini. Aku terasingkan tanpa arti. Bungkamnya tembok adalah saksi. Langkahku terhenti..
Syair-syair pujangga hanya isapan jempol belaka. Hanya ada kalimat indah tanpa makna, tanpa makna! Jika ada yang berkata indah, maka dia tak sama pintarnya denganku ketika mengeluarkan sumpah serapah..
Juliet telah membunuh Romeo! Juliet telah membunuh Romeo!
Kisah berakhir di halaman ketiga, ketika sebuah permata telah hilang sinarnya. Mendeskripsikan ulang tentang keindahan, hanyalah sebuah ilusi kontradiksi tak berdefinisi
Imajinasiku dikebiri! Obsesiku telah mati!
Kudengar di ujung jalan mereka meneriakkan, “Realitas semu! Realitas semu! Saatnya kita menghakimi realitas!!”
Seiring sebuah lagu yang berdendang, liriknya mengubur dalam-dalam sebuah harapan dan ingatan. Ketika harapan telah raib ditelan argumentasi, yang membuat malam menjadi sunyi.
Ironis, tragis, melankolis..

Berjalan dengan langkah gontai
Diguyuran air hujan yang menandai telah sirnanya sebuah perasaan
Merenung dalam kekalutan jiwa
Mencoba berpikir tentang esok masihkah ada
Mengeskploitasi bara penghabisan
Berharap ada seorang yang menuntunku pulang
Mencoba menghibur diri sendiri
Ku kan mencari, hingga langkahku berhenti..

Hiduplah hari ini, wahai sunyi…
Mendeskripsikan kelam. Murung itu indah, bukan?


(Solo, 25 Mei 2012. Inspired by a true moment, true story from another victim of something crazy called L.O.V.E. Accept the reality although the reality is more bitter. Don’t deny it! )



-FLYAWAY-




 EMPTY SOUL
 
THIS SOUL HAS BEEN CONTAMINATED
BY THE ENDLESS FEAR…
CAN NOT RUN, CAN NOT HIDE, CAN NOT SEE
I WAS BORN BLIND, DEAF AND DUMB
I CALLED THIS:

FAKE ILLUTIONS

 (FLYAWAY)



MENGETIK DAN MENULIS

Kamu sangat mungkin melakukan kesalahan ketika kamu mengetik, 
karena semua huruf telah tersedia dan kamu tinggal memilih.
Letaknya juga sudah sesuai, 
supaya kamu dengan mudah menemukan huruf yang kamu kehendaki.
Tapi kamu tidak berusaha memikirkan
apakah huruf itu tepat, 
apakah kalimat itu benar, 
dan apakah paragraf itu sempurna

Lebih mungkin bagimu untuk melakukan kesalahan, ketika kamu menulis.
Karna kamu harus berusaha lebih keras
untuk menemukan huruf yang tak tampak wujudnya, 
kalimat yang tak jelas bentuk dan polanya, 
dan paragraf yang keberadaannya dipertanyakan.
Mungkin akan ada banyak coretan yang membuatnya tidak rapi, 
atau sedikit banyak, goresan penghapus merusak kertasmu.
Mungkin kamu harus ganti kertas berulang kali agar tulisan di kertas itu sempurna.
Tapi kamu akan segera sadar, saat kesalahan itu muncul.
Dengan begitu, kamu telah banyak belajar.





HALAMAN SEPULUH

"Aku sudah sampai ke halaman seribu, atau mungkin dua ribu.
Rasanya sudah lupa kalau ada halaman sepuluh.
Ketika ingatpun, ada rasa yang membuatku malas membukanya.
Rasanya seolah ingin merobek halaman itu, jika suatu saat muncul lagi.
Tapi ketika secara tidak sengaja halaman sepuluh itu benar-benar muncul,
entah karena jatuh dalam posisi terbuka, 
atau terkena tiupan angin, 
sulit untuk menahan diri agar tidak membaca apa yang tertulis di sana, 
dan sulit untuk lanjut ke halaman lain, apalagi kembali ke halaman seribu.
Ini terjadi bukan cuma sekali dua kali.

Sekarang sudah malam.
Sudah waktunya tidur dan menutup buku.
Selamat malam halaman sepuluh.
Besok, ketika aku harus membuka buku ini lagi, 
aku akan membukanya secara acak.
Kalau ternyata yang muncul bukan kamu, 
aku tidak akan mencarimu atau berharap kamu muncul secara tidak sengaja.
Tapi mau tidak mau, aku pasti tetap teringat padamu.
Harusnya ini membuatku tersiksa, tapi nyatanya aku malah bahagia."

(Ketika kamu pikir kamu sudah move on sepenuhnya, padahal nyatanya belum sama sekali)

(Budi)




 



Secuil Kisah dari Prodo Imitatio dan Selektas UNS 2012

"...Di sebuah negeri yang pendidikannya berseri-seri. Di sebuah negeri yang orang-orangnya penuh nafsu pada gelar. Terutama gelar kesarjanaan. Manakala untuk memperoleh itu sulit, harus bersusah payah, kerja keras, berkorban waktu, pikiran dan tenaga serta dana. Munculah seorang dewa penolong yang siap memberi gelar dari S1-S2-S3, bisa apa saja dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, segala sesuatu yang menyangkut pemberian gelar diselesaikan dengan sejumlah uang, untuk wisudanya di hotel berbintang...". Lalu munculah sebuah pertanyaan, "siapakah dewa penolong itu?". Jawabannya adalah seorang bernama Prodo Imitatio.

Anda pasti asing dengan nama Prodo Imitatio. Karena nama tersebut hanyalah sebuah nama tokoh fiktif karangan Arthur S. Nalan. Namun tokoh tersebut juga bisa diaplikasikan ke dalam realita karena pastinya tokoh tersebut ada di antara kita hanya saja dalam versi nama yang berbeda. Dan Prodo Imitatio merupakan gambaran kecil tentang orang-orang yang membuat sebuah bisnis baru. Sebuah peluang bisnis baru yang mana peminatnya konon katanya berasal dari kalangan akademisi. Mereka rela mengeluarkan uang yang berlebih hanya untuk sebuah gelar, dan tentunya prestise.Pastinyalah, sebagian orang dan mungkin kebanyakan orang, akan merasa bangga jika di depan maupun di belakang namanya tertera berbagai macam gelar yang panjangnya ibarat Jalur Pantura yang macet total ketika mudik Lebaran. "...Mulai dari gelar S1-S2-S3 bahkan profesor dan Honoris Causa, banyak dan berani bayar tinggi..", begitulah pernyataan Prodo Imitatio tentang bisnis gelarnya. 

FYI, tulisan ini bukanlah sebuah tulisan tentang investigasi dari bisnis gelar yang marak terjadi di negeri ini. Tulisan ini hanyalah sebuah tulisan yang mencoba untuk me-review sebuah proses dalam Teater SOPO. 

Prodo Imitatio adalah sebuah naskah monolog yang dipilih oleh Rudy Febri. Sebuah naskah monolog yang dipersiapkan untuk "audisi" Selektas, Bulan April lalu. Selektas adalah sebuah festival monolog yang diikuti oleh teater-teater kampus di UNS. Dan juaranya nanti akan mewakili UNS di Peksimida dan akan berakhir kelak di Peksiminas. Untuk proses kali ini, setelah melalui casting akhirnya terpilihlah satu orang yang pas memerankan tokoh Prodo Imitatio, dan seorang itu adalah Herawan Wahyu Pratama, yang akrab dipanggil Wawan. Proses selama 1 bulan, proses yang singkat memang, akan tetapi coba kami maksimalkan. Dan layaknya sebuah proses, pasti di dalamnya terdapat tagline iklan sebuah permen, yaitu: manis, asam, asin. 

Selektas sendiri diikuti oleh lima teater kampus UNS: Teater SOPO (FISIP), Teater Delik (Fak. Hukum), Teater TESA (FSSR), Teater Peron (FKIP) dan Teater Thoekoeol (Fak Pertanian). Teater Gadhang dari Fak. Ekonomi untuk tahun ini tidak ikut berpartisipasi. Selektas tahun ini diselenggarakan pada tanggal 30 April 2012, tempat masih sama seperti 2 tahun yang lalu yaitu di Student Centre UNS. Teater SOPO mendapat bagian tampil ketiga. Perasaan tegang ketika akan pentas memang terlihat dari teman-teman artistik yang mengikuti proses ini dan bahkan selagi menunggu waktu pentas, sang aktor pun harus ke kamar mandi untuk membuang hajat di sana. Entah karena tegang atau kebanyakan bakso bakar, atau malah mungkin kombinasi dari keduanya yang menyebabkan ia ke kamar mandi. Biarkan Wawan dan Tuhan saja yang tahu.

Pentas berjalan dengan lancar. Setelah penampilan terakhir dari Teater Peron, para sutradara dan aktor dipersilakan untuk maju ke panggung untuk sarasehan dan ngobrol-ngobrol bareng dengan para penonton yang hadir malam itu. Dan setelah sarasehan tersebut, para juri membacakan penilaian mereka terhadap para penyaji. Juri Selektas kali ini masih sama dengan Selektas dua tahun lalu yaitu Mas Hanindawan, Mbak Retno Sayekti Lawu dan Mas Budi. Penilaian dari para juri meliputi tiga aspek: penyutradaraan, artistik dan keaktoran. Setelah melakukan penilaian para juri berunding untuk menentukan siapakah yang berhak mewakili UNS ke Selekda.

Dan saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Momen yang membuat para penyaji berdebar-debar yaitu pengumuman siapakah yang akan mewakili  UNS ke Seleksi Tingkat Daerah. Pembacaan perwakilan UNS dilakukan oleh Ketua Panitia Selektas UNS 2012, Putri. Para juri memutuskan, Teater TESA mendapatkan juara pertama sekaligus menjadi perwakilan UNS. Sementara Teater SOPO sendiri menduduki peringkat ketiga.

Puisi Kami #01

SURAT KABAR

Surat kabar yang kuterima di balik pintu
Bukan surat biasa
Biasanya surat, bukan buka-bukaan?

Telinga kananku kawan
Kemarin menerima surat itu
Lagi tadi pagi surat itu terdengar merdu
Terbawa angin, terngiang lagi dalam benakku, kemudian
Tampak jelas
Berdasarkan kondisi yang ada Revolusi resmi DITUNDA
Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya wajib dihilangkan:
1. Segala bentuk perjudian angan-angan
2. Segala bentuk impian buta
3. Dan hal-hal yang mendekati keduanya

Salam

(Edy Melawan Adat, Kamis 24-11-2011) @dy19MelawanAdat

UNTITLED 01

Pyaaaaarr…
Terdengar sebuah kaca pecah, suaranya terlalu indah untuk dirasakan, tak merasa kalau beling-beling tersebut adalah berada pada posisi vertical, siap menancap bagi siapa saja yang tak tahu arah. Biarkanlah saja, toh hanya orang tak tahu arah saja yang bakal kena. Kalau dipikir-pikir, asyik juga jika kita mengambil beling-beling tersebut lalu kita goreskan ke pergelangan tangan kita, hingga nadi kita terkelupas, hingga darah menetes dengan sempurna dan akhirnya akan membentuk sebuah symbol yaitu: S.O.S

Gedebukk..
Apa itu? Ohhh ternyata ada malaikat jatuh dari surge. Sayapnya terbelah menjadi beberapa inci. Sayapnya yang kanan tersangkut di pagar listrik bertuliskan: HIGH VOLTAGE, dan sekarang sayapnya tersebut telah menjadi arang. Usai sudah masa-masa kejayaannya di mana ketika itu sayapnya yang kanan berhasil membawanya ke surge. Sayapnya yang kiri lain cerita, ternyata karena telah infeksi ia terpaksa merobek sayapnya tersebut. Sekarang sayapnya telah dimakan burung pemakan bangkai di pojokan jalan itu. Usai sudah masa-masa kejayaannya di mana ketika itu sayapnya yang kiri berhasil membawanya ke surge. Kini malaikat itu terpaksa menjadi manusia tulen, turun kasta adalah kata paling indah untuknya. Kini ia hanya meratapi kesalahannya, dan tak tahukan ia bahwa perjalanan ke surge adalah kilometer tak terbatas? Kini ia terjebak dalam dimensi antah berantah. Konon, ini adalah sebuah dimensi yang terkejam, yang pernah Tuhan buat. Dimensi ini bernama: dunia. Kini ia terjebak, tak akan pernah bisa keluar, menunggu hingga hari akhir, menunggu datangnya Messiah dan apa yang akan ia perbuat akan dicatat sebagai seorang manusia bukan malaikat. Kabar terakhir dari malaikat tersebut adalah, ia akhirnya memilih gantung diri di bawah pohon pinus di areal pegunungan. Pesan terakhir yang ia buat adalah, “Lebih baik aku mati bunuh diri daripada hidup tapi siap-sia dan tanpa arti. Apa yang aku jalani adalah kesalahan untuk hidupku sendiri.”

Kriciiikkk kriiccciikkk..
Apa itu? Ahhh.. pasti engkau sudah tahu..

(FLYAWAY, 22 DESEMBER 2011) @rezawillflyaway

UNTITLED 02

Susu yang kuminum ini semakin pahit, padahal sudah jelas susu ini bermerk “kental manis”
Rokok yang kubakar sekarang ini semakin besar bara apinya, semakin habis semakin mendekati penghabisan
Bermurung diri di kamar semakin menggambarkan akan ketiadaan
Satu kali menyeruput susu, satu kali menghisap rokok
Sama saja dengan sepuluh kali kepahitan dan penghabisan yang akan menjadi-jadi
Ketiadaan menari-nari di balik angan, terbahak-bahak di antara celah-celah selangkangan
Musik yang kumainkan bernada ambigu, tak jelas arah tempo, tak jelas arah ketukan, tak jelas arah petikan, apalagi distorsi..
Semakin keras music itu bersuara, semakin cepat aku ingin menembakkan satu butir peluru ke kepala
Hahahaha.. Hanya sebuah candaan toh akupun tak punya senjata..
Musik itu indah, music itu menginspirasi, jangan jadikan music sebagai nada-nada ambigu, nada-nada putus asa.
Susu, rokok, music, semuanya menghadirkan suasana mistis
Menghadirkan bayang-bayang dalam hitamnya tembok, menghadirkan suara-suara sumbang tak bertuan, dan yang jelas menghadirkan suara-suara keraguan
Nada ironi berkumandang, semakin membuat galau seluruh ruangan..
Membuat murung setiap kehidupan..
Tapi yang jelas hidup masih akan tetap berlanjut, bukan?
Kalau tak ingin berlanjut, ambil satu butir peluru, masukkan ke senapanmu, kokang dengan semangat membaramu, lalu tembakkan ke kepalamu, usahakan kau tersenyum melihat jasadmu..
Itulah namanya pahlawan.. Tapi beda tipis dengan sebutan pecundang..

(FLYAWAY, 2 APRIL 2012)

KATA DAN SUARA

Terlalu banyak kata
Tapi hanya ada satu baris di kertas itu
Membuatku bingung menulis kalimat apa
Terlalu banyak suara
Tapi hanya ada satu mulut
Bingung ingin mengeluarkan yang mana
Ditambah lagi
Aku tak mendapati telinga yang membutuhkan
Jadi sebaiknya disimpan saja
Tak tega rasanya
Jika suaraku tak punya tempat tinggal

Aku tak sanggup mengatur kata dan suara
Terimalah diamku
Jika ternyata ada kata dan suara yang keluar
Kau boleh tidak menyambutnya
Tapi tolong
Jangan kembalikan mereka ke asal
Atau mencegah mereka pergi
Karena aku masih percaya
Kata dan suara yang berceceran itu
Akan ditemukan oleh orang yang tepat
Dan dia akan mengembalikannya kepadaku
Dengan susunan yang indah

(Budi Winawan) @budii_


MATA KANAN, KIRI, DAN TENGAH

Sebuah terang yang besar dan menyilaukan muncul di langit.
Jutaan pasang mata yang berada di sisi kiri bumi mengeluh dan berkata “Betapa menyilaukannya cahaya itu. Mari kita menutup diri agar kita tidak rusak dibuatnya”. Maka tertutuplah mereka dan kegelapanlah yang mereka dapati.
Sementara itu, jutaan pasang mata di sisi kanan bumi berkata “Betapa indahnya berkat dari langit untuk kita. Marilah kita membuka diri kita lebar lebar, siapa tahu cahaya ini tidak tahan lama dan meredup sebelum kita benar-benar bisa menikmatinya.” Maka bahagialah mereka atas cahaya yang mereka terima itu. Tak lama, mereka mulai menderita. Ada yang rabun, ada yang buta, ada yang mati. Pada akhirnya, kegelapanlah yang mereka dapati.
Mata yang ada di tengah bumi berkata “Cahaya ini adalah keindahan yang diberikan Tuhan pada kita”, sambil membuka diri lebar-lebar. Setelah merasa cukup menikmati, mereka berkata “Cukup bagi kita untuk menerima cahaya ini. Marilah kita menutup diri kita sejenak dan kita biarkan cahaya yang kita terima ini masuk ke tempat yang jauh lebih dalam”. Jutaan pasang mata itu pun menutup diri, melihat jauh ke dalam. Ketika sampai pada hati dan pikiran, ditaruhnya lah cahaya yang tadi mereka lihat. Di dalam sana, cahaya itu berubah menjadi nyala api yang indah, yang tidak lain adalah Roh Kudus.
Kemudian, mereka, jutaan pasang mata itu terbuka lagi dan kekuatan serta pengendalian diri lah yang mereka dapati.

(Budi Winawan)


Setetes air dari langit turun ke bumi yang kering. Ia meresap sampai ke dalam, memanggil kumpulan air yang lama mengendap, lalu bersama-sama muncul ke permukaan sehingga basahlah bumi itu. Mata air, sungai, danau, laut, bahkan samudra kembali tercipta dan bumi tidak kering lagi.
Satu niat baik muncul dari hati yang keras, dingin dan gelap. Berusaha keluar, tapi tertahan oleh ketidakpercayaan. Hati itu kemudian berjalan sendirian, berusaha menemukan hati yang mau percaya pada apa yang masih ia miliki. Sayangnya, ia bertemu dengan hati yang salah, yang berkata bahwa apa yang ia tunjukkan selama ini sudah benar. Niat baik yang tadi muncul pun malah terkubur sangat dalam, dan hati yang tadi memilikinya makin keras, makin dingin, dan makin gelap.
Setetes air mata, muncul dari sebuah bola mata yang tertutup topeng keceriaan. Ketidakpercayaan membuat air mata itu sulit menembus topeng. Si pemakai pun seolah tak punya daya untuk melepasnya. Setetes air itu kemudian bertambah jadi dua, tiga, lima, sepuluh, seratus, seribu, sampai topeng itu penuh karenanya. Tiba-tiba topeng itu pecah karena tak mampu menahan beban air, sehingga tampaklah wajah si pemakai topeng yang sebenarnya. Wajah yang pucat, mata yang kosong dan terbuka lebar, serta ekspresi kesedihan yang terlihat mengerikan.

(Budi Winawan. Pakelonan, 31 Maret 2012)

BINGGO

Nama saya Nandang
Kusobek lembaran malam kali ini
Tak mampu bertatap dengan pagi buta lagi
Meskipun segalanya bakal kujelang
Dengan beberapa sabetan raket lagi
Dan kuangkat nama keluarga setingginya
Namun Binggo mendadak manja
Dia minta seutas pita disematkan di lehernya
Setelah lama tak menyentuh sarapannya
Opsi terbaik adalah kuajak serta dirinya,
Dan…
Tibalah aku dan Binggo lewati jalan itu
Saat dimana segalanya kujelang
Ajal…
Bersama Binggo.

(Listiyo Budi, 9-3-2012) @tyo_distortion


TAHUN KEDUA

Suatu pagi duduklah seorang pria muda di lorong stasiun. Tepatnya di ruang tunggu sebelah jalur 1. Beberapa waktu berlalu, akhirnya datang kereta yang sedari tadi ditunggunya…
Kekasihnya…
Melambai tangan dengan hangat sembari disambut sukacita sang pria. Yang gusar memegang erat seikat mawar ranum dari kebun. Matanya terhenyak tatkala senyumnya tak terbalas.
Setelah di lorong stasiun, lobi depan, di dalam taksi, kekasihnya tak menoleh sedikitpun terhadap dirinya. Sampailah dia di sebuah nisan…
Hanya itu yang Nampak jelas memperhatikan isak tangis pria muda.
Inilah tahun ke 2 mereka melepas rindu di kuburan…

(Listiyo Budi, 9-3-2012)

Pelantikan Pengurus Teater SOPO Periode 2012-2013

Kamis, 5 April 2012, bertempat di sebuah ruangan yang mempunyai banyak kenangan bagi kami yaitu Ruang 14 (dulu disebut dengan Ruang 7), adalah sebuah hari yang "baru" bagi Teater SOPO. Karena pada hari itu, roda-roda penggerak Teater SOPO dilantik. Hari itu sebuah kepengurusan baru berjejer untuk dilantik dan membacakan sumpah untuk bekerja secara optimal, bekerja secara ikhlas dan sadar demi membangun Teater SOPO dan mengayomi anggota-anggota yang ada. Bisa dibilang kami sedang mengalami "masa-masa abu-abu" dan diharapkan dari pelantikan pengurus yang baru ini Teater SOPO lebih bisa mempunyai fighting spirit.

Acara yang berlangsung dengan sederhana ini dihadiri oleh anggota SOPO. Walaupun cuma beberapa anggota saja yang hadir tapi acara malam itu berlangsung secara khidmat. Acara dimulai dengan berdoa bersama-sama, semua doa pada malam itu semoga mendoakan agar kepengurusan yang baru bisa solid dan lebih mempunyai daya tarung yang kuat, dan juga semoga ada doa yang mendoakan Teater SOPO bisa terus hidup sepanjang zaman masih ada. Lalu acara selanjutnya, sebuah acara yang dramatis nan krusial yaitu pelantikan pengurus baru. Pelantikan kali itu dipimpin oleh Mbak Nopek dan Mas Awan selaku yang dituakan. Pelantikan dengan mengucapkan sumpah di bawah AD/ART adalah sebuah momen yang sangat-sangat dramatis karena sebagai pengurus adalah tugas dan kewajiban yang harus ditepati, dan itu didengar dan disaksikan oleh anggota dan Sang Maha Kuasa. Sumpah atau janji itu berat tapi jika kita melakukan dengan iklhas, tanpa paksaan, senang dan secara bersama-sama maka sumpah atau janji tersebut akan terjalankan secara maksimal.

Nasi tumpeng sebagai perlambang berkah yang melimpah, menjadi sebuah media untuk melanjutkan kepemimpinan yang, semoga, diberkahi oleh Sang Maha Kuasa. Tumpeng dipotong oleh Mas Awan selaku perwakilan kepengurusan sebelumnya yang diserahkan kepada Nila sebagai Ketua Teater SOPO periode 2012/2013. Dengan diserahkannya tumpeng ini dari kepengurusan lama ke kepengurusan baru semoga semangat mengampu dan menjadi motor bagi Teater SOPO akan terus bergerak dan bergerak, dan apa-apa yang telah dialami oleh kepengurusan lama adalah pembelajaran bagi kepengurusan yang baru. Sesuatu yang baik agar dilanjutkan dan dikembangkan, dan sesuatu yang jelek dan tidak bermanfaat agar ditinggalkan mulai sejak awal kepengurusan ini berjalan.
Nila kemudian memberikan tumpeng tersebut kepada Wawan selaku Wakil Ketua Teater SOPO periode 2012/2013, dengan pemberian tumpeng ini diharapkan agar kerja tim dari pengurus Teater SOPO periode 2012/2013 bisa bekerja secara maksimal. Dan mampu bekerja sebagai tim dengan meminimalisir konflik yang ada.

Banyak yang memberi nasihat dan masukan kepada pengurus baru. Nasihat dan masukan tersebut sangat-sangat bermanfaat bagi kepengurusan ke depannya. Berpikir cepat dan responsif sangat dibutuhkan. Dan bagaimana me-manage konflik itu sendiri, karena konflik atau perbedaan pendapat dalam suatu organisasi itu adalah suatu hal yang wajar. Menjadi pengurus itu juga harus bertanya ketika ada suatu hal yang tidak diketahui, sehingga semua masalah bisa diselesaikan secara baik dan benar. Menjadi pengurus juga menuntut kita untuk menjadi kreatif dalam berpikir dan bertindak. Pakem-pakem lama bolehlah dipakai tapi jika ada suatu bentuk pemikiran baru, mengapa tidak? Toh mencoba tidak ada salahnya, bukan? Asalkan terkonsep secara matang. Dan pengurus juga mendapat sebuah nasihat dari seorang alumni, agar tidak lupa kepada "rumahnya". Tempat di mana ia belajar tentang proses hidup tidak boleh dilupakan. Bolehlah kita melihat keluar jendela "rumah" asalkan kondisi "rumah" tetap terjaga. Karena Teater SOPO adalah sebuah tempat bermain yang tidak boleh dimain-mainkan.

Acara malam itu pun ditutup dengan makan nasi tumpeng. Dan pantas bebahagialah kita karena kita masih bisa membuat lingkaran. Dan lingkaran tersebut akan tetap hidup jika kita bersama-sama menjaganya. Supaya lingkaran tersebut semakin membesar.

Kami mohon doa restu supaya kepengurusan baru ini bisa berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada suatu halangan apapun.

VIVA SOPO!
SALAM BUDAYA!


Susunan Pengurus Periode 2012-2013:
Ketua : Nila Ardiana
Wakil Ketua+Sie Latihan: Herawan Wahyu Pratama
Sekretaris: Chika Aprilia
Bendahara: Budi Winawan
Sie Anggota: Asaddudin Azka dan Gadis Bintang R.R
Sie Rutang: Hendro Wicaksono
Sie Musik: Reza Kurnia Darmawan dan Riefai Putratama
Sie Humas: Femmy Queen dan Dikha Ramdani

Foto acara ini bisa dilihat di sini

@Art Edu Care

Tanggal 4 Maret 2012, ketika Anda sedang jalan-jalan atau bersepedaan di Car Free Day, dan melintas di depan Sriwedari, pasti Anda akan bertanya, "Ada apakah ini? Kok rame-rame, make up-annya kok sangar gitu?". Jika Anda berkomentar seperti itu, maka alasan Anda berkomentar seperti itu karena Anda melihat kami. Separuh jalan Slamet Riyadi dipadati oleh penonton yang nampaknya "kagum" terhadap kami. Kami menjadi merasa "sesuatu" karena tidak sedikit penonton yang mengabadikan pentas kami dengan menggunakan kamera HP mereka. Berasa menjadi artis saja.

Ya, tanggal itu adalah saat ketika kami mengisi sebuah acara yang diselenggarakan oleh teman-teman FKIP Seni Rupa UNS. Sebuah acara dengan judul "Art Edu Care", yaitu acara pameran seni rupa berskala nasional. Acara tanggal 4 Maret tersebut merupakan pre event-nya sementara event-nya berlangsung beberapa hari kemudian. Event tanggal 4 Maret tersebut berlangsung di dua tempat yaitu Car Free Day dan di salah satu mall di Kota Solo ini. Kami memilih untuk pentas di Car Free Day karena kami tahu antusiasme warga ketika ada sebuah perform di Car Free Day sangatlah besar. Ini juga merupakan ajang untuk memperkenalkan Teater SOPO ke khalayak umum. Selain itu dalam pentas kali ini yang mendapat jatah main terbanyak adalah teman-teman baru 2011. Selain untuk mengisi "kekosongan" juga untuk mengenalkan mereka kepada suasana kecil proses dan pentas.

Sebuah pentas berjudul "Karma" menjadi debut bagi Riswanda sebagai sutradara pementasan ini. "Karma" adalah sebuah karya yang menyadarkan kita tentang jarak yang terbentang jauh antara kaum rural dengan penguasa. Dan tak jarang, penguasa sering mengeksploitasi kaum rural sebagai alternatif mereka mendapatkan materi. Tak jarang pula mereka melakukan kejahatan yang biasa disebut dengan white colar crime. Dalam penggarapannya, Riswanda menampilkan 3 tokoh penting yang ia sebut dengan "Ratu Adil". Ratu Adil merupakan representasi dari "pemimpin yang benar-benar pemimpin". Akan tetapi pada suatu kondisi, Ratu Adil mengalami suatu disfungsi dan bertindak menjadi amoral ketika sebuah benda bernama uang telah merasuki pikiran. Pun begitu dengan kaum rural dan penguasa, ketika uang mendominasi pikiran, hanya hal-hal irasionalah yang menggelayuti pikiran. Dan sejak itu terjadi, halusinasi akan sebuah fatamorgana bernama kekuasan akan diperebutkan. Mereka saling sikut demi mencapai "puncak". Ketika hal-hal yang menjadi halusinasi mereka tidak tercapai maka hanya akan ada kesengsaraan yang dijumpai.


Untuk melihat galeri foto silakan klik di sini.

LATAL 2011

Regenerasi adalah suatu hal yang penting. Dan ketika membicarakan masalah regenerasi di dalam organisasi ini maka semua mata akan tertuju pada satu prosesi bernama LATAL. LATAL atau latihan alam adalah sebuah prosesi dimana anggota baru mendapatkan proses awal di Teater SOPO dan bisa dibilang prosesi ini seperti “pembaptisan” anggota baru untuk menuju proses-proses di Teater SOPO. Di dalam LATAL, para anggota baru akan disajikan sebuah penggambaran tentang apa itu teater terutama apa itu Teater SOPO sehingga anggota baru bisa mendapatkan semacam “pencerahan” tentang Teater SOPO. Dan di dalamnya pun anggota baru akan mendapatkan materi-materi yang berkaitan dengan materi dasar teater yang nantinya diharapkan bisa berguna di proses-proses ke depan di Teater SOPO. Materi-materi dasar tersebut hanya gambaran kecil yang dapat diperoleh, banyak pengalaman yang dapat diperoleh di dalam LATAL.

LATAL tahun ini diselenggarakan pada 16, 17, 18 Desember 2011, masih bertempat di Bumi Perkemahan Ngargoyoso Sukuh. LATAL tahun ini memang agak terasa “sepi” karena peserta yang mengikuti LATAL hanya 13 orang. Tapi diharapkan ke 13 orang tersebut bisa menjadi penerus-penerus di Teater SOPO. Hari pertama para anggota baru mendapatkan beberapa materi. Yang pertama adalah materi konsentrasi dengan Abirama sebagai pemateri. Dalam materi ini peserta LATAL (anggota baru dan lama) mempelajari bagaimana membangun konsentrasi. Baik di dalam teater maupun di dalam kehidupan nyata, konsentrasi adalah suatu hal yang penting karena tanpa adanya konsentrasi menjadikan pikiran kita akan tidak focus, dan ketidakfokusan tersebut pastinya akan berpengaruh pada tujuan kita. Di materi pertama ini, pemateri memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana membangun konsentrasi, seperti merasakan atau membuka lebar-lebar semua indera yang dipunyai sehingga dari situ akan terbangun focus. Di akhir materi ini, pemateri memberikan permainan yang menuntut adanya konsentrasi yaitu menghitung dari 1-20, ketika ada peserta yang menyebutkan angka yang sama maka harus diulang kembali ke angka 1. Begitu terus hingga angka terakhir yaitu 20. Di materi kedua yaitu materi imaginasi, rasa, emosi, improvisasi dengan pemateri Agung Irawan, dengan menggunakan media lilin, dari lilin itu peserta disuruh untuk berimaginasi. Bisa dikatan media lilin tersebut adalah lawan main dan juga bisa disebut sebagai media pelampiasan, karena seperti apa yang diajarkan oleh pemateri, dari lilin tersebut peserta disuruh untuk berimaginasi tentang hal-hal yang mereka jijiki, hal-hal yang bisa membuat mereka marah, sedih atau tertawa. Ada banyak luapan emosi, air mata atau bahkan tawa yang terbahak-bahak dari materi ini. Di akhir materi ini peserta disuruh membuat cerita sambung, tanpa ada naskah peserta disuruh untuk berimaginasi untuk bercerita.

Dihari kedua, dimulai dengan pemanasan selama kurang lebih 30 menit, pemanasan menjadi media untuk bisa memompa semangat menjalani hari kedua LATAL. Setelah senam usai, peserta digiring menuju bukit untuk mendapatkan materi olah vokal. Dipimpin oleh Listyo Budi, peserta diberikan materi tentang bagaimana menggunakan teknik vokal. Seperti diawali dengan menggumam lalu dengan ber-A I U E O. Teknik artikulasi digunakan dalam sebuah permainan, di materi ini peserta disuruh terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tadi membuat sebuah kata-kata yang kalau didengarkan terasa asing di telinga, seperti “laler nemplok ning lor rel” , artikulasi menjadi penting di sini. Jika artikulasi tidak tepat maka kelompok tersebut tidak bisa melanjutkan permainan. Ada banyak peserta yang kamisosolen di permainan ini. Di akhir materi peserta bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan untuk memompa semangat. Dan semangat terpompa kembali setelah makan pagi. Setelah makan pagi kembali dilanjutkan dengan materi olah gerak dengan pemateri Wury. Di awal materi peserta disuruh untuk memperkenalkan diri mereka dengan menggunakan gerakan. Tawa membahana ketika ada peserta yang melakukan sebuah gerakan lucu dan sok cool. Lalu setelah itu peserta disuruh untuk berimaginasi supaya mereka berubah menjadi seekor binatang yang mereka sukai. Ada banyak bentuk-bentuk aneh ketika para peserta menirukan polah tingkah binatang. Mulai dari ayam, kucing, monyet, macan dan lain-lain. Hujan menyudahi materi ini. Setelah beristirahat sebentar, kemudian peserta digiring untuk berbasah-basahan di sungai. Yap, materi respon dan kompoisisi ini peserta disuruh untuk melawan dinginnya air sungai. selain itu ditambah juga harus melawan keusilan Sie Acara yang disuruh pemateri untuk membantu materi ini dengan memberikan barang-barang berbau. Barang-barang tersebut seperti balsam, minyak kayu putih. Tapi itu masih tergolong standar, yang di atas standar adalah bau sepatu. Dan tingkat ekstrem bau adalah peserta (yang matanya terpejam pada waktu itu) diberikan sebuah bau kejutan yaitu bau ketiak. Amazing sekali! Perpaduan yang sempurna antara dingin dan aroma ketiak. Setelah dari bau-bauan tersebut peserta ke materi selanjutnya yaitu mereka disuruh untuk membuat sebuah kompisisi. Sama seperti latihan vokal, peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok harus mempresentasikan komposisi mereka dan kelompok lain harus menebak komposisi tersebut. Dan aturannya adalah komposisi yang dibuat harus menggunakan improvisasi, tanpa ada kesepakatan dengan antar anggota kelompok masing-masing. Jadi pintar-pintarnya kelompok menebak komposisi apakah itu.

Materi keempat di hari kedua, seluruh peserta disuruh untuk membawa alat makan sebagai alat penghasil bunyi. Berkaitan dengan bunyi, sudah pasti ini adalah materi music. Dengan pemateri Heri Sendronk dan additional pemateri adalah Sangaji Cavaleri. Dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok disuruh untuk membuat sebuah music suasana dari yang sedih, marah, senang, dan takut. Dengan menggunakan media alat makan atau alat apapun yang penting mengeluarkan bebunyian, mereka diberi sekitar 5 menit untuk meng-arrange music suasana. Dan apakah yang terjadi? Banyak bebunyian-bebunyian unik yang dihasilkan, Bunyi-bunyi tersebut dipadukan dan menjadi unik setelah adanya proses kombinasi 5 menit antara derap kaki, tepukan tangan, bunyi dari alat makan, sehingga suasana yang ditimbulkan unik. Unik memang melihat teman-teman menggunakan alat-alat apa adanya tapi mereka bisa berkreasi. Setiap kelompok mendapat jatah yang sama sehingga mereka bisa berkreasi sama dengan kelompok lainnya berdasar dari arahan pemateri. Lalu puncak dari materi ini adalah setiap kelompok harus membuat lagu. Setiap lagu bebas, yang penting bisa berekspresi. Dan berbeda dari yang sebelumnya kali ini harus menggunakan lirik, dan juga tetap menggunakan instrument. Kelompok pertama presentasi. Mungkin tidak begitu tertata rapi sehingga output yang dikeluarkan kurang enak didengar. Vokalis kelompok pertama adalah Ivan Seventeen KW 100 bernama Edy. Dia Cuma menyanyikan sebuah lirik “Aku mau..Kamu jadi..”. Seketika itu juga tawa langsung meledak. Tak mau kalah dengan kelompok pertama, kelompok kedua bersiap beraksi. Di kelompok kedua ini mereka membuat lagu dengan tema bersuka-suka bermain dengan teman. Di lagu mereka, mereka memperkenalkan diri mereka dalam sebuah lagu, dan ketika sang frontman, Azka, bernyanyi, para Azka Ranger pun merespon nyanyiannya dengan tertawa. Kelompok terakhir dengan sang vokalis Sammy Simorangkir yang sedang menjelma menjadi sosok Riswanda, menyanyikan lagu cinta. Sebuah lagu yang enak didengar dan cocok bagi setiap insan yang sedang galau. Sebuah lagu berjudul “Hujan Di Malam Minggu”, part pertama agak slow tapi menginjak part berikutnya berubah warna musiknya menjadi reggae. Dan ketika part ketiga berubah menjadi dangdut maka crowd pun meliar. Sangat pas sekali menutup hari dengan melihat senja dan senyuman-senyuman bahagia pun tersungging dari bibir teman-teman.

Hari ketiga, hari terakhir dari prosesi LATAL. Berbeda dengan dua hari sebelumnya yang diisi dengan materi-materi, di hari ketiga ini semua akan bersenang-senang. Bersenang-senang dalam artian akan mengaktualisasikan apa yang sudah didapat dari materi-materi sebelumnya. Aktualisasi digunakan sebagai media pengekspresian, di dalam aktualisasi kita membuat sebuah alur cerita yang disajikan dalam pementasan. Aktualisasi kali ini dibagi ke dalam beberapa kelompok. Kelompok teman-teman baru dibagi ke dalam 3 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 4 orang. Sementara angkatan lama dibagi per angkatan. Kelompok pertama yang tampil adalah dari kelompok yang dihuni oleh Rifai, Eka dan Yustina. Kelompok ini memainkan sebuah set garapan yang berbeda, cukup berani mereka karena mereka bermain di ranah surealis. Menceritakan tentang penindasan. Cukup menarik melihat mereka tampil. Lalu kelompok kedua yang dihuni oleh dua wanita dan satu pria. Jika ada satu pria dan dua wanita jelas sekali bahwa alur cerita adalah tentang perselingkuhan. Bara menjadi seorang pria yang mempunyai hubungan dengan Dian, tetapi entah mengapa, sindrom selingkuh itu indah mulai merasuki dirinya dan akhirnya ia berselingkuh dengan Gadis. Tak ada Romeo Juliet di sini, karena sang Juliet akhirnya membunuh Romeo karena Romeo mengingkari cintanya. Dan ending yang bahagia untuk Juliet karena berhasil membunuh Romeo. Cintailah pasangan Anda, hormatilah pasangan Anda karena janji setia itu harus dijaga. Seperti itulah yang ingin mereka angkat.

Beruang Penagih Hutang, sebuah karya dari Anton Checkhov dibawakan oleh teman-teman kelompok ketiga. Debt collector juga manusia karena ia juga bisa merasakan cinta. Sang penagih hutang diperankan oleh Abdul sementara sang nyonya diperankan oleh Femmi. Linda dan Dika sebagai pembantu. Witing tresno jalaran seko geting ingkang nyanding, itulah fakta yang terjadi di panggung. Kisah cinta yang tak terskenario yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya.

Dala session LATAL. Angkatan 2009 mencoba memporak-porandakan sebuah naskah yang sudah disusun apik oleh Mas Hendro Prabowo. Ide cerita mengambil konsep dari Dala. Berbeda jauh dengan Dala yang ceritanya begitu elok nan magis, DALA session LATAL ceritanya begitu elek nan mringis. Kisah percintaan yang semestinya mentautkan sepasang insan manusia yaitu Dala dan Dyah Nala yang akhirnya harus berhenti di tengah jalan akibat ulah Kolor Ijo. Tidak ada Kolor Ijo di cerita ini, yang ada malah dua sosok alien kakak beradik bernama Yeye dan Lala. Yeye dan Lala mencoba untuk menculik Dyah akan tetapi karena Dyah berwujud seperti barang KW, mereka akhirnya mengincar Si Dul (plesetan Dala).

Angkatan 2010 mencoba menceritakan tentang fenomena ayam kampus. Ketika kebutuhan hidup tidak berbanding lurus dengan pendapatan, maka jalan tengah untuk mendapatkan pendapatan adalah dengan menjadi ayam kampus. Sang konsumen adalah seorang Arab yang meminta "produk" kepada sang mucikari. Seperti prinsip ekonomi, dengan pengeluaran sekecil-kecilnya mendapatkan barang berkulitas sebagus-bagusnya. Sang konsumen meminta "produk" tersebut adalah sang mahasiswi ayam kampus akan tetapi karena konsumen meminta yang "murah" maka diberilah "produk KW" alias ayam bangkok oleh sang mucikari. Perkelahian tak terelakkan lagi.

Anak-anak angkatan 2008 tampil beda. Mereka ibarat pepatah, menyelam sambil minum air. Sambil aktualisasi memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada teman-teman baru. Mereka membuat sebuah alur cerita yang diangkat dari kehidupan nyata berorganisasi, dalam cakupan khusus adalah cara membuat sebuah susunan tim yang akan menyelenggarakan sebuah pementasan. Mungkin ini adalah "kespesialan" mereka karena mereka bisa dikatakan telah "terakreditasi" mengampu beberapa divisi, sebut saja Stage Manager, lighting, musik, kostum+makeup, bendahara dan bahkan aktor. Tampilan mereka menceritakan tentang itu bagaimana meramu sebuah pementasan itu berhasil, mulai dari rapat hingga hari H. Mereka juga menerangkah bagaimana kondisi ketika pementasan kurang beberapa jam akan tetapi masih ada tugas-tugas yang belum terselesaikan. Semoga apa yang mereka berikan dalam aktualisasi ini bisa dimengerti oleh teman-teman baru dan semoga kelak akan penerus jejak-jejak mereka.

Kisah cinta di dalam Teater SOPO itu beragam. Ada yang berhasil dan ada yang kurang berhasil (tidak etis kalau diksi yang dipakai adalah: gagal). Penampilan angkata 2006 dan 2007 kali ini perlu dilabeli dengan tulisan: BASED ON A TRUE MOMENT. Kisah cinta yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di sekre dan di luar sekre. Kisah cinta antara oknum berinisial R,A dan I. Kisah cinta nan tragis, epik dan juga menggelitik. Dalam penampilan mereka digambarkan bagaimana perjuangan kedua orang lelaki tersebut ibarat hujan dilalui, ibarat tujuh samudera diselami untuk mendapatkan cinta dari sang pujaan hati. Tapi ketulusan cinta mereka terbentur dua pepatah: "Cinta bertepuk sebelah tangan" dan "Cinta itu tidak harus memiliki". Apa yang dipilih oleh sang perempuan adalah pilihan yang tepat bagi dirinya untuk menyelamatkan persahabatan mereka. Karena persahabatan bagai kepompong, kisah cinta dua orang lelaki tersebut tidak berhasil menjadi kupu-kupu. Tapi di sisi lain kupu-kupu itu akhirnya mengepakkan sayapnya pertama kali dengan menjadi: teman. Cinta ditolak, pilihan cukup menjadi teman pun bertindak. Entah di hati ketiga orang insan manusia itu apakah masih tersisa perasaan cinta itu atau tidak.

Penampilan terakhir adalah dari para alumni. Mas Suryo, Mas Wahid, Mas Aji dan Mas Gemphile membuat sebuah penampilan absurd. Sangat tepat memilih kata absurd karena tidak jelas apa yang mereka tampilkan. Tidak ada dialog, hanya menggunakan gesture. Seperti kartun-kartun bisu yang sedang marak di televisi, mereka mencoba membuat tampilan yang lain daripada yang lain. Ending-nya adalah ketika satu persatu dari mereka meninggalkan arena.

Aktualisasi pun berakhir. Acara selanjutnya adalah bongkar-bongkar tenda. Setalah itu makan siang yang dilanjutkan dengan evaluasi penyelenggaraan LATAL tahun ini. Sekitar sore jam 15.00, bus pun sudah menanti untuk membawa kami pulang ke Solo dengan membawa sebuah kenangan dan secercah harapan. Harapan itu berbunyi:
"Selamat datang kepada anggota baru. Dari tangan-tangan kalianlah SOPO sekarang berada. Gunakanlah kesempatan ini untuk membuat kenangan-kenangan baru, lukiskanlah nama kalian dalam lembaran sejarah Teater SOPO. Indahkanlah SOPO, warnailah SOPO dengan semangatmu, kawan. Selamat datang ke dalam proses-proses di Teater SOPO, Bersiap-siaplah mengucurkan keringat, air mata, dan jadikanlah TEMPAT BERMAIN KAMI ini sebagai media kalian untuk memaknai proses kehidupan. Ssemoga kita menjadi kisah klasik untuk masa depan..."




http://www.blogger.com/img/blank.gif
LATAL ALBUM

Pentas Insidental 2011

Dengan dandanan putih abu-abu,seperti mengingatkan kembali kisah kasih di sekolah di mana jatuh cinta antar teman sekelas adalah hal yang biasa. Dan ketika membahas masalah cinta selalu berujung pada kepahitan. Itulah cerita yang coba diangkat oleh Zannuar alias Simbah yang menjadi sutradara pada pementasan pertama. Sebuah kisah yang nampaknya inspired by a true moment.

Sepenggal kisah kegalauan tersebut adalah salah satu pementasan pada Insidental 2011 yang berlangsung pada 5 Januari 2012. Sebuah pentas yang dikhususkan kepada anggota baru sebagai media mereka untuk mengenal berproses dalam teater. Dalam Insidental ini, ada dua penggarapan yang masing-masing disutradarai oleh Simbah dan Dony. Berproses selama kurang lebih 2 minggu, dari proses tersebut masih bisa dilihat bagaimana semangatnya dan rasa penasaran teman-teman 2011 akan sebuah pentas. Jadi diharapkan dari proses selama 2 minggu tersebut mereka bisa mengerti bagaimana berproses di Teater SOPO. Walaupun terkesan fun, tapi banyak beban yang menghiasi.

Acara dimulai pada pukul 19.30, bertempat di Ruang 14, sebuah ruang yang menyimpan banyak memori bagi kami. Acara dibuka oleh sambutan Pimpinan Produksi dan ketika Hendro menyampaikan kata-kata sambutannya maka terkesan malam Halloween datang terlalu awal, arwah Suzanna datang menuntut balasan. Itu adalah salah satu kostum yang dipakai oleh teman-teman yang hadir, karena acara malam itu berkonsep pesta kostum. Maka kenakanlah kostummu selagi kau bisa memakai kostum! Tapi lepaskanlah kostummu di kehidupan nyata supaya kau menjadi dirimu sebenarnya. Mungkin filosofi seperti itu yang coba diangkat oleh teman-teman panitia.

Lalu pementasan pertama pun dimulai. Bagi Anda yang terinfeksi oleh virus galau alangkah lebih baiknya Anda menonton pementasan ini. Curahatan hati melalui media pementasan adalah hal yang paling efektif untuk mengungkapkan perasaan hati dan rasa gundah gulana supaya dia mengerti apa yang kita rasakan. Tapi nampaknya karena cinta bertepuk sebelah tangan harapan itu lama kelamaan hilang dengan sendirinya. Seperti pementasan ini, ketika cinta bertepuk sebelah tangan maka pelampiasannya adalah mencintai sejenis. Seperti yang tergambar dalam pementasan ini. Semoga ini bukan cerita sebenarnya dari Simbah.




Pementasan kedua, masih berkutat dengan hal-hal galau akan tetapi kegalauannya bersifat "positif". Kalau dilihat, pada bagian awal sebenarnya pementasan ini: lucu. Karena menghadirkan "shocking soda" yang benar-benar mengagetkan. Siapa orang gendut tidak bisa berekspresi? Siapa bilang orang gendut terbenam pada rasa malu terhadap kegendutannya? Jika itu adalah suatu yang benar maka pendapat tersebut terpatahkan lewat ulah dari Yustina, seorang man of the match dalam Pentas Insidental kali ini. Karena kehadirannya adalah gebrakan, karena kehadirannya bumi ikut bergoyang. Aksinya mengakibatkan teman-teman yang datang pada saat itu menderita penyakit tawa akut. Dia sangat pede.


Dan setelah gebrakan maha dahsyat dengan kekuatan hampir mencapai 10 skala Richter tersebut, penonton dibuat mendayu-dayu. Sebuah pentas musikal disajikan, serasa Broadway pindah ke Ruang 14 selama kurang lebih 15 menit lamanya. Lagu-lagu yang dibawakan begitu mengena di jiwa. Lantunan puisi terasa berirama. Sebuah harmoni yang tercipta dari perasaan rindu di dada sang sutradara. Dalam lantunan puisi dan lagu, sang sutradara bercerita mengenai kerinduannya akan kebersamaan, keakraban, kedamaian, keindahan yang tercipta di Tempat Bermain Kami Ini. Jika kita bisa meresapi dan mendalami, ini merupakan sebuah potret bagi kita, tentang rasa-rasa itu.




Selanjutnya adalah penampilan dadakan dari Pengurus Teater SOPO. Karena MC menyuruh untuk perform, apa boleh buat tanpa persiapan yang ready stedy go akhirnya Pengurus pun tampil. Niatan cerita adalah menceritakan kehidupan seorang saudagar dari Arab bersama istri-istrinya. Akan tetapi karena manusia tidak sempurna secara total maka jalan cerita pun juga tak tahu mau dibawa kemana. Penampilan yang tidak ada ending-nya, ending-nya adalah time out.

Selanjutnya penampilan dari alumni yang berkolaborasi dengan beberapa anggota aktif. Ada Mas Surya dan Mbak Aci, menyanyikan beberapa buah lagu. Yang menarik ada 2 lagu ciptaan sendiri, 2 buah lagu yang didekasikan kepada Teater SOPO dan yang satu didedikasikan kepada para orang-orang labil yang terlalu kalut dalam kegalauannya, yang menjadikan shower sebagai media pelampiasan. Lagu tersebut berjudul "Nyower Lagi". Ketika lagu tersebut dimainkan, sing along pun membahana di Ruang 14. Tanda bahwa semua orang akan galau pada waktunya.

Rombongan dari angkatan 2006,2007,2008 ikut unjuk gigi. Membawakan beberapa buah lagu mulai dari pop hingga dangdut. Pacar Lima Langkah pun mengalun, yang menjadikan penonton bersemangat untuk berjoget. Ditambah dengan aksi kejar-kejaran ala Tyok dan Arini menjadikan suasana semakin seru.

Acara ini adalah sebuah acara dari anggota 2011, untuk anggota 2011, oleh anggota 2011. Maka akhirnya acara pun ditutup dengan performance dari trio MERANA. Taufik, Amek dan Athif menutup acara pada malam hari itu. Mereka bertiga di luar SOPO membentuk sebuah band bernama FISIP MERAUNG. Ada dua buah lagu yang mereka nyanyikan, lagu yang pertama adalah lagu yang sering kita dengarkan ketika jeda suatu program acara di TV. Lagu dari girlband AKB48 berjudul "Heavy Rotation". Disambung dengan sebuah lagu klasik dari Barry Manilow "Can't Smile Without You".

Kita tidak akan bisa tertawa tanpa kehadiranmu, kawan..
Selamat bergabung di Teater SOPO, kita akan tertawa dan menangis bersama..

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template