Ditunggu Dogot

Komunitas seni HITAM-PUTIH Indonesia akan melakukan pertunjukan teater dengan pencarian baru di atas panggung dengan mengangkat judul cerpen Ditunggu Dogot karya Sapardi Djoko Damono, sutradara Kurniasih Zaitun (TINTUN)..Setelah tampil di Solo, Bandung dan Jakarta, kini saatnya tampil di Surabaya dan Denpasar.

Berikut informasinya :
Surabaya: 15 Desemebr 2007
* Eks Museum Mpu Tantular
Jl.Mayangkara 6 Surabaya, pukul 19.30
* Tiket Rp 3.000,

-Denpasar: 18 Desember 2007
* di aula Syuradharma SMAK St Yoseph
Jl. Serma Kawi 4 Denpasar, pukul 19.30 wib

Konsep Garapan
Ditunggu Dogot adalah sebuah cerpen Sapardi Djoko Damono. “Teks” cerpen ini kemudian ditafsirkan dan diwujudkan dalam bentuk pertunjukan teater. Cerpen ini mengisahkan perjalanan dua orang tokoh, laki-laki dan perempuan yang sedang ditunggu Dogot. Selama perjalanan Ditunggu Dogot mereka mengalami berbagai persoalan, konflik dan perdebatan mereka tentang Dogot, sedangkan Dogot itu sendiri tidak jelas identitas dan asal usulnya. Dapat dilihat disini bahwa Sapardi sangat terinspirasi oleh Menunggu Godot karya Samuel Beckett. Sapardi mencoba melihat bagaimana persoalan “menunggu” tidak akan lengkap jika tidak ada “ditunggu”, dan Sapardi percaya bahwa hidup ini berpasang-pasangan. Hal ini terlihat pada dialog-dialog yang muncul dalam cerpen tersebut, termasuk cara Sapardi dalam melukiskan persoalan dan konflik yang membangun inti cerpen tersebut.

Konsep panggung yang ditawarkan adalah stage on stage (panggung di atas panggung) yang menghadirkan panggung bergerak (berputar) untuk menawarkan konsep un-blocking (perpindahan actor lebih ditentukan oleh pergerakan panggung). Sedangkan posisi penonton diarahkan ke dalam bentuk prosenium dan tapal kuda/arena, dengan tujuan lebih memudahkan penonton untuk mengapresiasi pentas itu sendiri. Untuk memperkuat karakter pertunjukan dan artistic panggung, pementasan ini juga menggunakan multimedia yang dilahirkan melalui layar yang menjadi latar belakang panggung.

Konsep pertunjukan Ditunggu Dogot, berangkat dari ide dasar randai, dengan menjadikan unsur galombang dan pelaku galombang sebagai penentu, yakni penentu pergantian waktu, tempat dan adegan. Fungsi pelaku galombang dalam pertunjukan ini sangat ditentukan oleh perputaran panggung; pada saat perputaran dilakukan, pelaku galombang menjadi aktor pertunjukan, dan ketika tidak terjadi lagi perputaran, sangpelaku galombang memfungsikan diri sebagai bagian dari penonton.

Sinopsis
Perjalanan dua orang tokoh, laki-laki dan perempuan yang sedang ditunggu Dogot. Selama perjalanan Ditunggu Dogot mereka mengalami berbagai persoalan, konflik dan perdebatan mereka tentang Dogot, sedangkan Dogot itu sendiri tidak jelas identitas dan asala usulnya.Semua yang ada dimuka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan. Jauh dekat, tinggi rendah, langit bumi, laki-laki perempuan, menunggu ditunggu. Perjalanan hidup manusia yang tak pernahbisa ditebak “apa”, tapi dapat dirasakan, dijalani dan dinikmati.

Sampai jumpa dan tabik,
Penyelenggara:
Lintas Masyarakat Teater Jawa Timur
-Dewan Kesenian Jawa Timur
-Herona Express
-Komunitas Seni Hitam Putih Padangpanjang

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aku nonton yang di bali...weeew

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template