Temu Kangen 2 Dasawarsa Teater SOPO

20 Tahun bisa dibilang adalah durasi waktu yang lama. Dalam 20 tahun ini kami telah merengkuh berbagai macam kebahagiaan, kesenangan, canda tawa. Tapi tak hanya itu pula setiap kebahagiaan yang kami dapat pasti selalu diikuti oleh air mata, pengorbanan dan bahkan kegagalan. Itu semua terangkum menjadi satu dalam memori kami, kami yang berdiri di bawah bendera Teater SOPO. Kenangan-kenangan manis, pahit, getir, akan menjadi "memadat" menjadi sebuah kisah klasik bagi anak cucu kami, teman-teman baru kami, dan diharapkan dari cerita-cerita itu bisa memotivasi mereka untuk bergerak ke arah yang lebih baik.

2 Oktober 1991, adalah sebuah tanggal keramat bagi kami. Karena pada tanggal itu para founding fathers kami mendeklarasikan diri kami kembali setelah mengalami masa kevakuman. Dan secercah cahaya dari langit pun turun mengiringi langkah kami untuk maju menjadi sebuah teater yang di dalamnya tertuang kalimat bermakna "Kami Satu Dalam Perbedaan". Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada baik identitas diri sampai idelisme bukanlah suatu halangan karena itu semua malah menjadi tantangan: bagaimana segala perbedaan itu bisa menjadikan kita melaju dan bersatu.

Kami telah melaju dan bersatu, setidaknya untuk saat ini dan beberapa masa ke depan tentunya. Berkenaan dengan itu pada tanggal 1 Oktober 2011 ini kami akan merayakan sebuah kebanggan dan kemenangan bagi kami, sebuah momen yang akan melekat erat di ingatan kami. Pada 1 Oktober 2011 kami akan membuat sebuah acara yang mana dari acara ini bisa menjadi wadah untuk mengenang kisah-kisah yang pernah dijalani, menjadi wadah untuk berinteraksi, berkomunikasi, bersosialisasi, bertukar pikiran dan menjadi sebuah catatan manis dalam periode panjang di bawah bendera Teater SOPO.

SALAM BUDAYA!

Secangkir Puisi Sebait Kopi 2011

"Ayo teman-teman, pilih pizza atau kebab atau burger sebagai hidangan waktu SPSK besok". Itulah pertanyaan yang terlontar dari teman-teman 2010 waktu mereka berdiskusi tentang makanan apa yang ingin disajikan kepada undangan pada waktu SPSK digelar. Jangan harap benda-benda tersebut bisa dijumpai pada Secangkir Puisi Sebait Kopi yang diselenggarakan pada Kamis, 12 Mei 2011 tersebut. Karena nampaknya teman-teman 2010 sudah pandai-pandai memainkan konotasi. Yang ada ternyata adalah "counter food", yaitu berupa jagung rebus dan singkong rebus. Diharapkan makanan tersebut bisa menemani kopi yang tersaji di malam itu. Tak apalah melestarikan makanan tradisional yang semakin tergerus pasaran dan peminatnya akibat ekspansi makanan asing.



Secangkir Puisi Sebait Kopi (SPSK) adalah salah satu acara tahunan yang diselenggarakan oleh Teater SOPO dimana susunan kepanitiaan diurusi oleh teman-teman baru. Pada tahun ini teman-teman 2010 yang menjadi panitianya. Kali ini mereka menetapkan dresscode untuk tiap-tiap angkatan. Misal angkatan 2009 memakai pakaian berwarna merah, 2008 biru, 2007 kuning, dan warna-warna lainnya yang menghiasi malam itu. SPSK tidak hanya teman-teman baru yang tampil, tapi juga insidental bagi masing-masing anggota. Tahun ini dibagi ke dalam beberapa sesi per angkatan. Dalam sambutan Pimpro SPSK yaitu Aji Setyawan, dia mengapresiasi terhadap kerja keras teman-teman 2010 yang telah bekerja keras untuk menyiapkan SPSK ini, dan dia juga berpesan untuk menjaga kekompakan.



Sesi pertama adalah teman-teman 2010 yang tampil. Mereka membawakan sebuah karya sendiri dengan sutradara Arif atau lebih dikenal sebagai Om Jin dengan judul "Dua Dalam Satu". Mereka mempersiapkan pementasan ini selama kurang lebih tujuh hari. Salut untuk mereka! "Dua Dalam Satu" yang mengadaptasi dari karya Kahlil Gibran yang berjudul "Dua Keinginan", menceritakan tentang seseorang yang menghadapi kematiannya tapi pada akhirnya ia bisa melawan kematian tersebut karena dia mempunyai kuasa. Menarik melihat teman-teman 2010 bermain di ranah surealis, karena biasanya cerita-cerita cair yang kerap dibawakan, kali ini teman-teman yang datang harus memutar otak berkali-kali untuk mendapatkan inti cerita yang disampaikan.





Dan selanjutnya setelah teman-teman 2010 tampil, MC masuk dan mereka mengundi siapa yang tampil berikutnya. Dan ternyata yang tampil setelah teman-teman 2010 adalah teman-teman 2008. Cukup dua orang saja, yaitu Intan dan Tyok (karena anak 2008 yang hadir pada saat itu hanya Intan dan Tyok). Dengan disorot lampu berwarna biru mereka membawakan sebuah puisi. Menyenangkan melihat mereka tampil.



Malam yang dingin ditambah singkong rebus, jagung rebus, kopi dan penampilan selanjutnya dari anak-anak 2009 menjadi pelipur lara dari kedinginan pada saat itu. Setelah ditunjuk oleh MC untuk maju, mereka terasa bingung, apalagi dengan memasukkan setting tangga dan tali yang ternyata adalah simbolisasi. Sudah terkonsep sepertinya tapi masih saja bingung. Inisiatif untuk memainkan music perkusi menjadi “solusi” ditambah dengan pembacaan puisi oleh Abi dan Dony. Jojo juga membuat “keonaran” ala dia dengan membuat teman-teman lain tertawa.





Penampilan selanjutnya adalah dari alumni. Cukup dengan gitar dan jimbe yang dimainkan oleh Mas Suryo dan Mas Eko, mereka sudah bisa menghipnotis teman-teman yang pada saat itu. Kami harus belajar banyak dari mereka. Menyanyikan lagu-lagu nostalgia, mereka sempat membawakan lagu dari Sio-Sio (sebuah grup music dengan personel dari Teater SOPO), lagu yang menjadi “hits” akhir-akhir ini di sekre yaitu “Goodbye”. Ketika lirik “pancen tresno kui ora kudu nduweni.Kui aku ngerti lan iso tak ngerteni” silakan Anda saksikan sendiri ada beberapa teman-teman kami yang pastinya hati mereka menangis dan merintih akibat masalah cinta yang mereka alami setelah mendengarkan lirik tersebut. Tabahlah kawan! Dan Mas-Mas alumni juga sempat memusikalisasikan puisi dari anggota kami. Tanpa latihan, mereka bisa memusikalisasikan secara baik. Mas Wahid hadir pada saat itu dan dia membacakan curhatan yang tertuang dalam puisi karya dari Mas Eko. Puisi tersebut merupakan curhatan dari Mas Eko ketika dia menjabat sebagai Ketua Teater SOPO beberapa waktu yang lalu. Mas Kombor juga ikut berpartisipasi. Walaupun kondisinya masih kurang fit akibat radang tenggorokan yang ia derita, tapi ia tetap membacakan sebuah puisi hasil karya Rudyaso Febri. Momentum yang dinilai pas karena beberapa hari setelah itu, Mas Rudy melepas masa lajangnya dengan meminang seorang perempuan asal Jombang dan juga termasuk anggota Teater SOPO yaitu Mbak Didi. Dalam kesempatan kali itu Mas kombor juga mengucapkan selamat kepada calon pengantin tersebut. Puisi dari Mas Rudy dibaca secara khidmat oleh Mas Kombor.




2007 dengan pakain kuning-kuning tampil pada saat itu. Awan, Jupe dan Wury adalah tiga orang yang menjadi actor pada malam itu. Cukup lama persiapan mereka di backstage, nampaknya mereka membicarakan strategi apa yang akan digunakan. Awan masuk, kami kira dia akan menari, tapi menari kenapa memakai helm? Ternyata bukan, ia menjadi seorang anak sekolahan yang habis pulang sekolah. Monolog beberapa saat, lalu Wury masuk. Ia sempat berceloteh kenapa waktu ia main selalu menjadi ibu-ibu. Perbincangan ngalor ngidul akhirnya Wury menidurkan anaknya dengan cara membacakan puisi kepada anaknya. Puisi yang ia dapat dari hapenya. Setelah pembacaan selesai kekacauan terjadi, Jupe di backstage berseloroh, “Kapan aku mlebune?”. Hal itu membuat teman-teman tertawa. Dan akhirnya mereka saling cek-cok, udur-uduran sana-sani sebelum akhirnya Mas Gemphile masuk. Melihat Mas Gemphile hadir dan masuk panggung, mereka merasa tertolong oleh kehadiran Sang Dewa Penyelamat Pementasan. Dan akhirnya Mas Gemphile berinisiatif untuk melakukan “workshop” kecil-kecilan pembacaan puisi. Pada waktu dulu Mas Gemphile adalah seorang juara pembacaan puisi. Dengan mengajarkan cara-cara pembacaan judul puisi yang harus tanpa ada penekanan dan intonasi sampai dengan penjiwaan isi puisi, Mas Gemphile coba ajarkan kepada ketiga muridnya yang nakal-nakal. Teman-teman tertawa ketika melihat aksi dari Awan, Jupe dan Wury ketika mereka diajari oleh Mas Gemphile. Dan workshop kecil-kecilan tersebut berakhir sudah.

Mas Ahong sebagai perwakilan 2006 mengajak personel grup vocal karokeannya yaitu Intan dan Cecak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Chekout dan juga tak lupa mengajak dua anggota 2006 yang lain yaitu Mbak Novita “Nopek” dan Mbak Tiwi, dan juga tak lupa mengajak Sendronk Orchestra untuk mengiringi mereka menyanyikan sebuah lagu dari Sindentosca berjudul “Kepompong”. Mbak Tiwi seolah-olah menjadi konduktor orchestra. Memimpin para grup vocal dan pemusiknya. Dan sing along pun terjadi ketika lagu mencapai refrain. Karena lagu ini erat sekali dengan makna persahabatan mungkin ini yang menjadikan teman-teman ber-sing along.




Dan penampilan dari teman-teman 2006 merupakan klimaks dari acara SPSK tahun ini. Banyak makna yang dapat diserap dari acara ini. Terus berkarya kawan, jalan masih panjang terbentang, tetap semangat!

Karena KITA SATU DALAM PERBEDAAN

Foto SPSK 2011, click here: http://www.facebook.com/media/set/?set=a.1727767080682.2086212.1433582914

Kami Berkarya






Karena Hujan Tak Pernah Reda

Aku berjalan dalam kegelapan, kesunyian menjadi-jadi. Ku lihat setitik cahaya di ujung sana, di ujung jalan kota kecil ini.
Jauh ku terbayang sebuah tempat berlapiskan permata, aku menyapa.
Ku buka sebuah pintu besi yang kokoh tertutup, cahaya menyilaukan mataku, pedih dan haru. Lama ku bersarang di dalamnya. Lama ku berdiam. Tak terarah dalam kilaunya, sudah cukup ku pahami, sudah cukup ku abadikan.
Lelah ku juga menyebabkan tekanan, aku hanya membuka jendela, mereka menjerit. Namun sekilas ku lihat dari lubang itu, kebun terpampang hijau mendatar.
Aku benar-benar tak bisa diam, aku coba untuk berontak! Teriak! Aku lewat sebuah celah, aku lihat dunia ini, lebih bercahaya namun lebih berbahaya, namun aku tidak takut, aku keluar dan bermain, ya, hanya bermain.
Dan pagipun berubah menjadi senja, senja berganti menjadi malam. Di saat itu ku temukan cinta, lara dan rindu pada saat itu juga kusadari hujan tak pernah reda. Kau tidak perlu mengerti apa yang kupikir dan tulis. Kau hanya bisa membaca dan bertanya.

(Ditulis oleh: iyudkenyod)



Kita Terdiri Dari Berbagai Warna

Jalan ini terlalu panjang
Terlalu jauh jika harus kutempuh sendiri
Itulah mengapa aku memilih ikut gerbong ini
Di sinilah kita bertemu
Di sinilah kita berbagi
Di sinilah kita saling mengerti
Mencoba saling peduli
Meski selalu saja saling memaki
Lahir dengan akal yang sama
Tumbuh dengan kesempatan yang sama
Namun dirimu terlalu angkuh
Berlebih-lebihan
Kau mungkin terlalu terang menyalakan lampumu
Memang bagus mungkin,
Tapi itu terlalu menusuk mata, mataku!
Jika sanggup,
Ku remas saja lampumu supaya padam
Bukannya membatasi imajinasimu
Bukan juga menyalahkan kemampuanmu
Hanya sekadar mengingatkan
Satu warna tidak bisa disebut sebagai pelangi
Dan pelangi akan lebih indah,
Jika banyak warna bersatu
Sebutlah diri kita sebagai pelangi
Dan kau akan mengerti

(Ditulis oleh: iyudkenyod)




Anak-Anak

Aku harap
Aku adalah anak-anak
Yang bebas berekspresi
Tanpa peduli
Apa kata orang lain

Aku harap
AKu adalah anak-anak
Yang selalu jujuar
Dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan
Yang tidak munafik
Dan haus akan kebenaran

Aku harap
Aku adalah anak-anak
Yang dapat dengan mudah memaafkan
Dan menghapus kesalahannya sendiri
Apabila diberi kesempatan memperbaiki diri

Aku harap
AKu adalah anak-anak
Yang selalu ceria dan penuh tawa
Yang akan selalu memberi
Penghiburan diri
Pada temannya yang bersedih hati

Sayangnya,
Anak-anak adalah
Sosok yang kupendam
Dalam kuburan bernama kedewasaan

(Ditulis oleh: Budi "Write on Silence")



Terselubung

Saat membaca
Kau melihat tulisan
Tapi tidak dengan kertasnya

Saat bernyanyi
Kau keluarkan suara
Tapi tidak merasakan nada

Saat menulis
Kau tahu kalimat-kalimat terbentuk
Tapi tidak maknanya

Saat kehujanan
Kau tahu tubuhmu basah
Tapi kau tak merasakan
Sentuhan air

Saat bercermin
Kau melihat wajah
Tapi tidak melihat ekspresi

Saat menatap orang
Kau melihat tubuh
Tapi tidak dengan jiwanya

Dan,
Saat kau mendengar ceritaku
Kau tahu aku kesepian
Tapi kau tak tahu
Bahwa kau yang kubutuhkan

(Ditulis oleh: Budi "Write On Silence")




Ku Harap Kau Kertas

Aku harap
Kau adalah kertas
Yang bisa ku isi dengan puji-pujian
dan lagu-lagu keindahan
Tak perlu kugunakan
Bahasa kiasan
Untuk menggambarkan
Rasa cintaku padamu
Karena tak ada yang lebih indah
Untuk menggambarkan apa itu cinta
Selain dirimu
Yang terlihat di depan mata
Yang senantiasa memancarkan
Keindahan jiwa manusia
Lagipula,
Bukankah kertas itu putih?
Aku tak kan mau menodainya
Dengan kata yang tak jujur adanya

Aku harap
Kau adalah kertas
Yang rela kuberikan coretan
Sampai lembaranmu penuh
Yang tidak mungkin tega kugores
Dengan tulisan dan gambaran tanpa makna
Yang selalu rajin kulihat dan kubaca
Sehingga tak perlu kucari kertas lainnya
Untuk kutulisi dan kugoreskan tinta

Tapi,
kenyataan mengatakan
Bahwa kau menusia
Keaslian berbisik
Bahwa kau wanita sesungguhnya
Semua itu membuatku
Bahkan tak berani menjamahmu
Karena kau
Jauh lebih berharga dari kertas
Seandainya pun engkau itu kertas
Aku tak tahu
Apakah aku penulismu yang pantas

(Ditulis oleh: Budi)



Pergi Darimu

Ungkapkan masalah
lalu selesai
Keluarkan keluhan
lalu pergi
Mengapa sekarang kau berbasa-basi?
Merasa tak enak hati?
Mengapa baru saat ini?

Aku mendengar
lalu aku menghampiri
ketika kau memanggil
Tapi kau tak pernah hadir
bahkan ketika aku berteriak
Padahal
tak banyak inginku
Sekadar bercakap-cakap
atau hanya saling menatap
Walau hanya sekejap

Dulu,
Kau tak pernah tau
Sekarang,
Kau tau
Tapi tidak mau mengerti

Sebaiknya ku tinggalkan saja tempat ini
Supaya saat kau mencariku di sini
Aku sudah tak ada lagi

Sebaiknya aku berlari kencang
ke tanah yang lapang
Berharap tak kan lagi menoleh ke belakang
ke arahmu
Yang pernah membuatmu melayang

(Ditulis oleh: Budi)



Khayangan Khayalan

Hanya perasaan-perasaan
Yang berjalan beriringan teratur
Perlahan mempercepat langkah ketika itu
Berlari hingga tertinggal mereka

Logika

Logika-logika terbuang di belakang
Tercecer berserak
Serakah? Hak SERA
Mengalun tak berdering
Hanya berdengung di belakang

Belakang, belakang, belakang
Belakangan buta dan tuli
Belakangan lupa dan tuli
Belakangan mati

Mati semoga saja di syurga
Semoga hanya harapan-harapan
Harapan berharap-harap

PARAH

(Ditulis oleh: Dee Melawan Adat)



Senandung Resah

Hitam...Hitam...Hitam
Berkuasalah kegelapan
Iblis...Iblis...Iblis
Berkalung tulang
Bersemayam dalam jiwa pendusta

Kuku...Kuku...Kukumu
Terlalu erat mencengkeram nafas kami
Darah...Darah...Darah
Tertumpah dalam tanah tanah tak berdosa

Jiwa...Jiwa...Jiwa tenang
Berikan kami cahaya
Jiwa...Jiwa...Jiwa tenang
Sedikit saja berikan kami cahaya!!

(Ditulis oleh: FLYAWAY)

Karena Aku Kuasa:Praktika Karnivora


Aku datang dari dunia yang tak kau ketahui keberadaannya
Aku jauh berasal dari alam bawah sadarmu
Terlahir dari kebencian dan ketamakan
Nafsu membunuhku semakin besar, seiring taring tajamku yang mulai tumbuh

Aku adalah bencana, tak ada kabar baik untukmu
Tak ada emas, tak ada kejayaan, tak ada kepercayaan
Kau lihat tanduk emas di kepalaku?
Tak ada yang bisa menandinginya, karena aku adalah Kuasa!!

Aku lebih dari dewa kematian, lebih dari malaikat penjaga neraka
Karena aku adalah Kuasa!!

Kubiarkan hijau jadi arang, biru jadi debu
Kubiarkan panas membakarmu, kubiarkan dingin membekukanmu
Setiap rintihan air matamu tak mampu menghentikan derasnya hujan hari ini, sayang...
Karena aku adalah Kuasa!

Tunggulah hingga matahari terbit dari barat
Tunggulah hingga raungan kebencian dari langit terdengar lantang
Waktu itu kau akan tahu betapa tak berharga dan bodohnya dirimu

Aku 'kan berdiri di sini hingga ragamu mati
Karena aku adalah Kuasa dari dirimu.

(Ditulis oleh: FLYAWAY)

Yang Terbaca

PROSES PERTEMANAN
Aku terkurung sendirian. Ingin keluar tapi hati terlalu takut karena sosok manusiaku belum lengkap. Tapi karena begitu penasaran, kubuka pintu kurungan itu dan kulangkahkan kaki menuju dunia luar.

Di luar sini begitu banyak orang tapi mata mereka tak ada yang menatapku.
Entah apakah mereka buta atau karena sosokku yang benar-benar tak sempurna, aku juga tidak mengerti.

Ku kira mereka semua seperti itu.
Tak melihatku karena sosokku yang tak sempurna, sampai pada akhirnya ada seseorang yang tak hanya melihat tapi juga menghampiriku.
Sosok manusianya sempurna di mataku
Tapi seberapa pun lamanya kami bersama aku tak pernah bisa memiliki sosok sempurnanya.

Tapi dia membantuku membentuk sosok sempurnaku sendiri. Sayangnya kesempurnaan yang ia miliki malam membuatku tidak percaya diri.

Suatu ketika, saat kami sedang bercakap-cakap aku membicarakan apa yang ada di pikiranku tentang dia begitu pula sebaliknya.
Begitu banyak kata yang kami keluarkan sampai suatu ketika, di akhir perbincangan ia berkata
“Aku juga mengagumimu kawan dan ternyata aku sadar bahwa hal yang kubutuhkan ada pada dirimu.
Aku tak menyangka bahwa sosokku adalah sesuatu yang kau inginkan.
Kau merasa sosokku sempurna tapi aku merasa ketidaksempurnaanlah yang kubutuhkan ketika aku bersamamu.
Yang kau inginkan ada padaku dan yang kubutuhkan ada padamu jadi marilah kita berjalan di dunia luar ini dan saling melengkapi.”

Setelah itu kami berjalan menuju dunia luar yang lebih luas lagi dan aku merasa semua mata tertuju pada kami, symbol kesempurnaan dari sesuatu yang disebut
TEMAN

(Ditulis oleh: Budi “Write On Silence”)



AKU, ASAP, BARA API DAN KEHAMPAAN TANPA ARTI
Kepulan asap ini adalah saksi
Bara api yang semakin memerah ini penuh arti

Menemani secarik kertas tanpa arti
Hanya ada kau dan kehampaan ini

Ku tau engkau memiliki raga
Tapi engkau tidak mempunyai roh dan jiwa

Hanya kekosongan tanpa kiasan
Benar saja, kekosongan tanpa kiasan

Keringat, darah dan air mata…
Dulu?
Sekarang?
Masa depan?

Senyumku, doaku…
Untukmu jiwa-jiwa yang tertelan ludahmu sendiri
Untukmu roh-roh yang tak nampak lagi

Hanya ada aku, asap, bara api
Dan kehampaan ini, tanpa arti

(15-04-2011, Ditulis oleh: FLYAWAY)



Panjang adalah pendek yang kau tolak
Lama adalah singkat yang kau sangkal
Kesepian adalah keramaian
yang tak kau anggap
Ketakutan adalah keberanian
yang kau sembunyikan
kelemahan adalah kekuatan
yang tidak kau tunjukkan
Dan kamu adalah aku
yang terlihat setiap aku menatap cermin.

(Ditulis oleh: WRITE ON SILENCE)



LOVE STORY
Bagaimana kau hadir dalam hidupku?
Betapa aku diberkati, tapi sulit mempercayainya//
Kau muncul dalam kehidupan bagaikan bulan yang luar biasa
Dengan perlahan. Dengan lembut.//
Di bawah mentari musim salju, bagai melodi yang panas
Kau telah membelaiku, dan aku terperangkap
Dalam dirimu kedamaianku dan kau adalah hasratku//
Kenapa aku tak bertemu awal denganmu lebih awal?
Bagaimana kau hadir dalam hidupku?..
Dulu aku mempercayai bahwa Sang Pencipta merasa, tidak memerlukannya lagi//
Dan kemudian Dia telah menciptakan dirimu
Dan sekarang Dia telah memperlihatkannya padaku dalam seluruh keagunganNya//
Noda sebuah musij menyentuh hidupku
Aku bisa merasakan nada baru yang merasuki hidupku
Tapi aku masih tak bisa percaya
Betapa aku diberkati. I love U&pulanglah segera
Jawaban:
Jalan setapak, sungai berubah. Petir yang berkilau akan mengeluarkan perubahan. Bila perubahan itu menerpa noda kehidupan, irama hujan juga akan berubah. Dan suasan musim akan berubah, tapi aku akan selamanya sama terhadapmu seperti sekarang. Dalam pelukanmu bersamamu kekasihku.
Setiap saat dan selalu
Dan maaf aku telah mendahuluimu

(Ditulis oleh: Dony)



MEDAN LAGA
Angkat senjatamu, prajurit!!
Tembakkan senapanmu kalau kau sudah siap!
Kibarkan benderamu, kelak kau akan mati bersamanya
Nyanyikan lagu kebangsaan, supaya kau tahu tanah ini menyertaimu

Pandangla jauh di sana api telah bergelora
Musuh memang tak terlihat, tapi yakinlah mereka pasti akan mendekat
Kau dengar suara raungan mesin itu, senapan yang membabi-buta??
Mereka nyata… Mereka nyata!!!

Prajurit, janganlah kau takut, janganlah kau terlena
Karena jika kau takut atau terlena maka kau akan terluka
Percayalah pada dirimu sendiri, prajurit!!
Busungkan dada kalian, berjalanlah dengan tegap dan gagah

Bersiap-siaplah, prajurit!!
Karena ini adalah perang yang nyata!!

(11-04-2011, Ditulis oleh: FLYAWAY)



RAMAIKAN BILIK INI!!
Bilik ini kosong
Warnanya hitam
Kontras dengan dinding putih pucat
Yang berada di belakangnya
Yang membuat kekosongan makin terlihat jelas
Tapi mengapa seolah tak ada yang peduli?

Tak tergeraklah hati kita
Untuk mengisinya hanya dengan sebuah tulisan?
Ah, tak perlu indah
Bilik tak memerlukan hal itu
Malu dengan cemoohan orang?
Kalau begitu jangan dengarkan!
Toh bilik akan diam saja
Bilik ini membebaskan kita berkreasi

Mari kita ramaikan bilik ini
Tak perlu takut ataupun malu
Karena bilik ini netral dan bukan penilai

(Kamar kost, 30 Maret 2011, jam 01.55. Ditulis oleh: Budi SOPO 2010)



AKU DAN KERTAS
Aku tak pandai memilih kata
Aku tak pintar menulis yang kuras
Ke dalam selembar kertas
Dengan kata yang penuh kias
Seolah menyembunyikan maksud dari kata-kata yang kutulis sendiri?
Dan menyuruh kertas itu mencarinya
Kertas bukan tempatku bersembunyi
Sebaliknya, aku menunjukkan semuanya di sini
Karena kertas ini menerima semua yang kutulis
Temasuk coretan yang tak bermakna

Indah atau tidak menurut orang
Aku tidak peduli!
Karea aku menulis untuk meluapkan yag kuras dan kualami
Bukan semata-mata untuk dibaca dan dikagumi

(Kamar kost, 30 Maret 2011, jam 01.34. Ditulis oleh: Budi SOPO 2010)

Kami Berekspresi

PERANGMU DIMULAI

Hari ini lahirnya Sang Prajurit
Hari ini pula hilangnya PEPERANGAN

Untuk dia yang kehilangan perang
bukan karangan bunga
bukan bintang jasa
untuk dia prajurit yang terlahir hari ini
untuk dia prajurit yang kehilangan perang hari ini

Dua pedang untukmu
Empat mata tajam untukmu namun bukan samurai atau asoka

Dua matamu untuk 2 mata tajamnya
Dua kakimu untuk mata tajam yang lain

Lalu lehermu
Gantungkan di kain panji panjimu
Prajurit

(ditulis oleh: Dee, 4 Maret 2011)




"KLUTIK..KLUTIK..KLUTIK"

Cethik...Cethik...Cethik...
Tepat di parking box stasiun nenek itu meraba isi tas koper warna magenta miliknya. Tangannya menimbulkan suara yang cukup jelas, karena stasiun cukup senyap. Sejenak wanita paruh baya itu heran, ternyata dia bermaksud mencari telepon genggam,tetapi yang didapat adalah seikat TNT dengan timer yang seduri tapi berdetik.
Cukup jelas terlihat, walau jarakku dengannya lebih dari 50 meter, timer itu tinggal sebentar lagi. Namun, nenek itu mengira itulah HP nya,sembari mulai menekan tombol tombol tak karuan dan tergesa, secepat jantungku berdetak hebat.
Dan....darahku berdesir!!

*Dua orang anak...
Saling berebut sebungkus roti..
Bungkusnya sudah sangat lusuh,
seperti baju mereka...
di antara gedung bertingkat
mereka berlarian riang,
Oh..padahal depan mereka
ada 2 makhluk asing,
wujudnya bukan manusia
matanya bercahaya hijau
dalam kegelapan....!!!

(ditulis oleh: tyok)




ANTARKAN AKU KE CELAH BUMI KELAK
Ketika bercakap dengan dedaunan pagi ini.
Melayang, menyelusup celah parinya,
Menajamkan mata, memejam pekat hijaunya...
Bening menyapa setelah lagi mata terbuka

"Kata Mereka Diriku Selalu Dimanja"
"Kata Mereka Diriku Selalu Ditimang"

Daun pintu berteriak lagi.
Membanting dirinya,menutup untukku
Menunggu memancarkan air dari celah pandangan
Sementara,
Daun telinga menyisir kegelapan
Celoteh kesana kemari memanggil
Berisik usik usik..menarik

Antarkan aku dengan merehmu
Bukan abu abu yang kuinginkan
Menangislah kau dengan putihmu
Bukan kuningmu mengiring
Bergembiralah kau dengan hitammu
Bukan warna merahmu.

(Ditulis oleh: dee bin Pujiono)




RETORIKA

Retorika
lagi
Retorika
lagi
Retorika
Hentikan sekarang!

Insyaalah berarti tidak

Retorika
lagi
Retorika
lagi
Retorika
Hentikan sekarang!

kasihan PARE terlalu pahit di hatimu
kalu pare ada di tubuhmu, mau kau kemanakan empedumu?
kasihan JERUK terlalu kecut di mulutmu
kalau jeruk di mulutmu, mau kau kemanakan raut muka kecutmu?
kasihan APEL terlalu manis di mulutmu
kalau apel ada di mulutmu, kau kemanakan manis bibirmu?

Retorika
Beretorika
Meretoritakan
Ada saatnya, kapan?
kau akan mengerti jika kau lupakan RETORIKA...

(ditulis oleh: MELAWAN ADAT PERUSAK SWASANA DEE.H.Bin Pujiono)





KELAKAR KEMATIAN

Terlalu lama kau hisap nafas sulfur tanah ini
Tapi terlalu cepat kau tamak dalam angkara terselubung ini.

Semakin cepat kau pacu jantungmu, semakin cepat pula anjing-anjing bermata merah mengincarmu..
Surga telah terbakar, nak…

Tapi kau belajar dari nistamu..
Neraka menutup dirinya..

Kekalahan atau kemenangan
Mengalah belum tentu kalah, dan menang belum tentu emas tekalung dileher

Tak ada embun pagi, Tak ada senja, tak ada kehidupan,
Hanya kegelapan yang menyertai..

Lepaskanlah, nak.. Semua kenanganmu..
Percaya dan ikhlaskanlah

Tertidurlah, nak…
Tak akan ada sakit lagi

Nafasmu fana, langkahmu gontai,merdekalah,gelap kan menjemputmu
Nafasmu fana, langkahmu gontai,merdekalah,gelap kan menjemputmu
Nafasmu fana, langkahmu gontai,merdekalah,gelap kan menjemputmu
Nafasmu fana, langkahmu gontai,merdekalah,gelap kan menjemputmu

(ditulis oleh: FLYAWAY, 25 Maret 2011)

Latihan Rutin Dengan Media Permainan Tradisional

Kamis, 10 Maret 2011, sore itu cerah langit tak mendung terlihat biru, secerah dan sebiru wajah anak anak SOPO pada saat itu. Walaupun yang datang tak terlalu banyak akan tetapi suasana pada saat itu begitu menyenangkan. Latihan hari Kamis kemarin adalah latihan rutin pertama di tahun 2011. Sama seperti latihan latihan pada biasanya, kami memulai dengan pemanasan fisik walaupun sebenarnya suasana pada saat itu memang panas, dari ujung kepala sampai ujung kaki coba kami panaskan, dan terasa panas lagi setelah kami lari lari mengitari hutan FISIP sambil mengenang masa masa Bikin Bikin XVII. ENGINE SUDAH SIAP! Pemanasan vokal pun dimulai, mencoba memanaskan vokal dengan tujuan ketika kita pentas, vokal kita sudah terjaga mutunya, mencoba membentuk mutu sedari dini.

Bertepatan dengan latihan vokal, sesosok pria berhelm dengan motor supra hitam dengan mengenakan tas punggung dan pakain kemeja abu abu bermotif kotak kotak, bercelena panjang dan mengenakan "bling bling" berupa flashdisk meluncur dari ekonomi, dengan senyum ramahnya ia membalas sapaan anak anak yang menyapanya secara bersahutan sahutan. Yah pria yang sudah menyelesaikan "nine to fivenya"
itu adalah Surya Nugraha, ia menjadi pemateri pada saat itu. Nampaknya selagi kita latihan vokal ia mempersiapkan sesuatu untuk latihan nanti. Dan ternyata benar saja, latihan yang pada hari itu kami kira akan berjalan membosankan ternyata Mas Suryo membalikkan semua itu. Latihan pada hari itu kita diajaknya pada sebuah permainan di masa kecil, kita diajak bernostalgia dengan masa kecil kita, sebuah permainan bernama "kontrakol". Sebuah permainan di mana bola tenis dan tumpukan batu adalah objeknya. Cara permainannya adalah kita dibagi dalam dua regu, antara eksekutor yang melemparkan bola tenis dan yang menjaga tumpukan batu tersebut. Jika bola tenis yang dilempar mengenai tumpukan batu maka tim itu harus berusaha membangunnya kembali, tapi harus waspada, tim lawan juga bersiap sia untuk mematikan gerakan, tim lawan berusaha menghalang halangi pembangunan tersebut, jika terkena bola tenis sebelum tumpukan batu berhasil dibangun kembali maka tim itu dianggap kalah. Tim lawan yang menghalang halangi pembangunan dengan melemparkan bola tenis, tidak boleh mengenai langsung proses pembangunan kembali tersebut, melainkan harus dioper ke temannya terlebih dahulu.

Pada hari itu anak anak dibagi menjadi dua tim, Tim A yang dipimpin Reza dan Tim B yang dipimpin Aji. Setelah suit Tim A mendapat kesempatan pertama untuk menjadi eksekutor, akan tetapi karena gagal maka kesempatan eksekutor diberikan kepada Tim B. sedangkan Tim A yang menjaga tumpukan batu. Pada kesempatan pertama menjadi eksekutor, Tim B berhasil merobohkan tumpukan batu akan tetapi langkah mereka terhenti karena ada satu anggota mereka yang terkena lemparan bola tenis. Berulang kali Tim B berhasil merobohkan tumpukan batu dan berulang kali pula anggotanya terkena lemparan bola, maka tidak ada poin untuk mereka. Poin pertama diberikan kepada Tim A karena mereka berhasil membangun kembali tumpukan batu. Kedudukan 1:0 untuk Tim A. Dalam kedudukan ini, Mas Suryo merubah aturan permaiannannya. Yang ia rubah adalah aturan di mana ketika seorang pemain yang terkena bola maka ia harus meninggalkan lapangan permainan, di aturan permainan pertama adalah jika ada satu pemain dalam tim yang terkena bola maka tim itu kalah. Hal itu dialami oleh Tim B, dalam kondisi hanya menyisakan satu pemain yaitu Budi dan ia pun terkepung oleh Tim A, pada akhirnya pula ia berhasil mempecundangi Tim A dengan berhasil menyusun tumpukan batu.

Pada latihan sore itu, kami juga menyaksikan sebuah pemandangan menarik, sebuah pemandangan yang nampaknya menjadi ispirasi dari pembuat sarung cap Gajah Duduk, nampaknya dulu pembuat sarung tersebut mengalami atau setidaknya mengalami kejadian yang juga kami alami. Yaitu kejadian di mana teman kami, Apsari, terperosok ke dalam selokan, dan posenya ketika itu mirip dengan icon sarung tersebut. Seketika itu juga kejadian yang sangat "memorable" tersebut mendapat banyak respon berupa tertawa terbahak bahak. Tak terhitung berapa volume suara yang dihasilkan akibat kejadian tersebut.

Jam menunjukkan pukul 17.00 lebih sedikit, dan permainan pun diakhiri dengan kedudukan Tim A 1:Tim B 1. Menarik sekali bisa bernostalgia dengan masa kecil kami, berbeda sekali dengan masa kecil anak anak zaman sekarang di mana modernitas melibas hal hal yang bersifat tradisional. Bisa kita hitung dengan jari berapa anak yang masih setia dengan permainan ini. Permainan yang sederhana tersebut sebenarnya juga terdapat elemen elemen dasar dari teater jika kita mau mengupasnya terlebih dahulu. Konsentrasi mejadi poin penting, apalagi ketika kita mendapat bagian menjadi ekekutor. Olah gerak, respon, vokal, ping pong, dll bisa kita dapatkan dalam permainan yang sederhana tersebut.


link foto: http://www.facebook.com/album.php?aid=2076949&id=1433582914&saved

Bikin Bikin XVII (review)

Bikin Bikin XVII akhirnya terselenggara sudah. Proses selama 3 bulan telah kami jalani, dan puncak acara pada tanggal 22,23,24 Februari 2011 dengan menghadirkan 6 repertoar telah mendatangkan penonton yang lumayan banyak. Proses yang kami jalani terhitung berat karena pada Bikin Bikin XVII ini, konsep outdoor menjadi pilihan ketika aula yang semula menjadi pilihan akhirnya harus mandek dijajaran dekanat kampus, karena alasan aula hanya dipakai untuk kegiatan akademis (baca: seminar), untuk kegiatan non akademis dan itu dari sebuah UKM, jajaran dekanat tidak mengijinkannya karena alasan ini itu dan lain sebagainya. Tapi kami mencoba memaklumi itu. Dan menghadirkan konsep outdoor adalah tantangan, pembelajaran dan pengalaman tersendiri bagi kami. Dan proses yang berat juga dialami oleh salah satu anggota kami yang juga ikut sebagai aktor di salah satu pementasan, karena ia kemarin mengalami kecelakaan parah dan mengalami operasi di kepala. Tapi karena keinginannya untuk berpentas, maka proses penyembuhannya terhitung cepat. Dan akhirnya niatannya pun terpenuhi ketika ia ikut pentas kemarin.

Proses yang dijalani dari awal Desember, mulai dari pemilihan panitia,casting,pemilihan venue, dll, telah kami jalani. Itu semua merupakan rangkaian dari proses ini, kami menikmati ini semua. Latihan demi latihan yang memakan waktu sampai malam hari (seperti biasanya) juga telah dijalani. Dan kami berterimakasih kepada hik koyor horor di ngoresan yang menjadi "pelampiasan" amarah dan nafsu makan yang terbendung pasca latihan setiap hari. Kami sering melepas penat di tempat itu.

Dan berjibaku dengan hujan bisa dibilang konsumsi kami sehari hari, karena kondisi alam yang tidak bisa ditebak, itulah resiko dari konsep outdoor. Baik pada waktu latihan artistik, GR, maupun pada waktu pentas kita semua berbasah basahan di stage. Nikmat! Pada waktu GR dan pentas, kami harus bisa memasang alat dalam kondisi hujan disertai petir dan angin yang kencang. Kejadian yang bisa dibilang "lucu" terjadi pada waktu hari kedua, di mana venue yang berada di Areal Gedung IV, serta merta porak poranda oleh hujan. Karena lokasi stage yang lebih rendah maka air meluncur deras dari atas, dan backdrop dan yang telah tepasang dan terbentuk terpaksa diamankan, dan kami beralih untuk membuat tanggul di sekitar stage karena antisipasi yang kurang sebelumnya. Mencangkul tanah, dan mencari brangkal brangkal untuk dijadikan tanggul merupakan pekerjaan sampingan selain memasang backdrop dan memasang lampu. Dan setelah hujan reda, bersih bersih stage merupakan kewajiban yang harus dilakukan dengan cara ngangsu, membersihkan stage dengan sapu ijuk dan alat alat lain yang bisa mengeringkan. Setelah dirasa bersih, CYC merupakan pilihan untuk mengeringkan stage, kami menggunakan banyak CYC untuk mengeringkan stage, dan itu merupakan solusi yang jitu. Setelah kering, kami lanjutkan kembali memasang lampu dan membenahi backdrop walaupun sudah pukul 20.00, molor dari jadwal.

Dan Tuhan masih menunjukkan KuasaNya lagi, dan KuasaNya tersebut sangat memberi pelajaran bagi kami lagi. Pelajaran kedua berkaitan dengan pembuatan tanggul lagi adalah: Buatlah tanggul yang memotong dari arus utamanya! Itu terjadi pada waktu hari kedua pementasan, tanggul jebol lagi dan menggenangi stage lagi gara gara arus air dari atas tidak terbendung. Dan kami kembali lagi mengulangi proses yang telah kami paparkan dia atas. Di hari terakhir GR, setlah GR, kami mengadakan tumpengan, seperti adat di Indonesia, dengan tumpengan dan seraya berdoa kepada Tuhan diharapkan ketiga hari pementasan tersebut bisa berjalan dengan lancar dan sukses.

Di tiga hari pementasan, lebih dari 100 orang menonton pementasan kami. Kami berterimakasih kepada para penonton yang telah menonton pementasan kami, walaupun lama menunggu untuk masuk ke venue, dan untuk itu kami meminta maaf kepada para penonton kemarin. Semoga molornya waktu bisa terobati dengan pementasan kami kemarin. Pementasan hari pertama ditandai dengan udara yang dingin dan rintik hujan, diawali dengan pementasan CELENG sutrada Bagus M.P., dengan setting sebuah makam dan jemuran semoga itu bisa menggambarkan kesan wingit, walaupun venue yang sudah wingit dari awal. Pementasan CELENG yang menggambarkan rasa penyesalan yang diderta oleh seorang istri akibat suaminya yang mendua, pementasan ini memakan waktu kurang lebih selama 25 menit. Tokoh Darsi yang di cerita menjadi gila, diperankan baik oleh Apsari walaupun kendala vokal menjadi masalah utama tapi pementasan dapat berjalan dengan lancar, dan pementasan diakhiri dengan membanting makam oleh Apsari, sebuah adegan yang mengagetkan karena pada waktu latihan ia sebenarnya tidak melakukan itu, dan itu menunjukkan bahwa ia tampil secara all out dan benar benar menjadi karakter yang lain. Setelah dihubur dengan pembagian voucher dari para sponsor, pementasan kedua diamainkan. Pementasan kedua adalah DALA dengan sutradara Surya Nugraha , sebuah naskah yang cair walaupun sebenarnya naskah ini adalah simbolisasi keadaan di Indonesia, tapi sutradara dan penulis naskah membawakan cerita ini menjadi cair. Karena naskah yang cair dan juga banyak joke joke yang dihadirkan, menjadikan mood penonton naik dengan cara merespon dengan tertawanya mereka. Apalagi ketika adegan Kolor Ijo muncul,ia "memporankporandakan" pementasan waktu itu. Sang sutradara disuruh naik ke stage pada waktu itu, akan tetapi ia tidak mau. Ditambah lagi dengan dugem mendadak di stage, seluruh pemain dan crew pada saat itu berjoget bersama dengan musik disko ala Pantura seoalah olah itu merupakan media refreshing sesaat dari kepenatan pentas. Diakhiri dengan puisi ritmis dan gerakan gerakan teatrikal sarat simbolisasi yang merupakan gambaran kapitalisme yang telah mencengkeram erat, semua elemen pada akhirnya akan tunduk pada satu jeratan yaitu: kapitalisme. Dengan lantunan lagu "Bertahan Satu Cinta" dari D'Bagindasa yang dirombak ulang habis habisan, mengantarkan penonton pulang dan mengakhiri pementasan di hari pertama.

Di hari ketiga, dalam pementasan SI MBOK hasil garapan Agung Irawan, kami "mempersembahkan" para gadis dan para pria kami yang menari dengan gemulai dan gagah. Sebuah tarian yang melambangkan isu di Indonesia pada khususnya dan seluruh dunia pada umumnya yaitu tentang isu gender di mana para istri yang selalu ditindas oleh para suami, itu semua ada karena budaya patriarki di mana seorang pimpinan keluarga yaitu ayah memegang peran penting dalam sebuah rumah tangga, tapi pada akhirnya semua itu kembali ke titik nol lagi di mana simbiosis mutualisme juga ada dalam sebuah rumah tangga, di mana suami yang membutuhkan istrinya, dan istrinya yang juga membutuhkan suaminya. Itu semua karena janji yang telah mereka ucapkan dalam sebuah ijab kabul ataupun sakramen pernikahan. Itu semua disimbolisasikan dengan gerakan berjalan berdampingan, ada juga yang pijit pijitan dan saling memadu kasih lagi, sebuah kisah romansa dalam berumah tangga, di mana konflik berakhir dengan indah. Pementasan kedua adalah TANDA SILANG, sebuah naskah hasil saduran dari Almarhum W.S. Rendra dicoba dibawakan oleh Wury cs. Pementasan ini jika dibilang berat memang berat, tapi jika kita mendalaminya akan terasa mengasyikkan. Bercerita tentang penyakit schizoprenia yang menghinggapi tubuh sang kapten sehingga ia sering merasakan halusinasi tentang kapalnya yang ia beri nama Marlini yang telah karam. Mencoba mengadirkan suasana dek kapal dalam rumahnya, sehingga ia merasakan dalam kapal yang telah lama karam. Inti dari pementasan ini adalah bagaimana kita bisa membedakan antara suatu kebenaran dan kebohongan, antara delusi,halusinasi dengan realita, dan bagaimana kita bisa belajar untuk mengendalikan itu semua bahkan kita menjadi obat untuk itu. Ahoooyyy!!!! Sutradara pada hari kedua semuanya adalah dari angkatan 2007, dan masih aktif di organisasi ini. Ini diharapkan menjadi awal mereka untuk menjadi the next director di Teater SOPO.

Pementasan hari ketiga, sebuah pentas monolog lagi, karya sutradara Sari Wuryani dengan lakon ERIN DAN ANGIN PETAKANYA. Seperti lagu "Que Sera Sera" yang menjadi lagu pengiring pementasan tersebut, apa yang akan terjadi maka terjadilah, begitulah lagu yang berkorelasi dengan isi pementasan tersebut, mengangkat isu traficking, di mana Erin yang telah sejak kecil hidup bersama dengan neneknya,pada akhirnya terpaksa dijual oleh neneknya untuk membayar utang utang sang nenek dan ia pun melakukannya walaupun ada dendam di hatinya terhadap sang nenek. Lighting pada pementasan tersebut terlihat unik dan nampaknya menjadi daya tarik tersendiri karena lampu berjumlah 3 dikatrol naik dan turun pada awal dan akhir pementasan. Pementasan terakhir adalah MUSIKALISASI PUISI SOPO dari Tim Musik SOPO dengan aransemen oleh Irawan Wijayanto. Di awal pementasan, oversett alat musik mencoba dihadirkan tanpa adanya blackout. Terkesan riuh dan chaos memang, tapi itulah yang dicoba dihadirkan untuk menghadirkan kesan keguyuban di antara kami, para anggota Teater SOPO. Terkendala dengan balancing suara, maka output yang dihasilkan menjadi sangat noise,sebenarnya lagu lagu yang dibawakan membuat kita terhanyut, tapi dengan kendala seperti itu, kami meminta maaf kembali kepada penonton terhadap ketidaknyamanan ketika mendengarkan output sound.. Lagu lagu yang dibawakan adalah antologi puisi hasil karya anggota SOPO terdahulu, sehingga untuk keluarga SOPO yang sudah menjadi alumni bisa merewind
memorinya ketika masih aktif berada di SOPO. Secara lirikal, begitu dalam terasa. Di lagu "Taman", adalah bentuk dedikasi kami kepada Almarhum Chairil Anwar karena atas jasanya kepada dunia pertunjukan maka kami ada hingga saat ini. (Semoga engkau tenang di SisiNya, dan mendapatkan tempat terbaik, terimakasih kami ucapkan). Di lagu tersebut, kami mendatangkan "bintang tamu" yang diimpor langsung dari Mesir tapi ia sekarang sudah dinaturalisasi dan memilih tinggal di Lereng Gunung Merapi atau lebih tepatnya di Muntilan, Magelang. Ia adalah Hanif "Cecak" Latifatunissa. Proses ini ia terpaksa tidak bisa ikut berkontribusi dikarenakan banjir lahar dingin yang terjadi di sekitaran Gunung Merapi, untung saja ia tidak memberikan oleh oleh berupa lahar dingin. Dalam kondisi lampu blackout, tiba tiba terdengar sebuah kata sambutan, sebuah suara yang terdengar jelas dan mengatasnamakan dirinya sebagai "Dekan". Tapi itu semua hanya guyonan yang dihadirkan oleh Mas Bagus M.P. Dengan banyolan banyolan khas Mas B (sebutan untuk Bagus M.P.) membuat penonton tertawa terkekeh kekeh. Kata sambutan yang berupa geguritan. Namun apabila pada waktu itu ada benar benar kata sambutan dari pihak Dekanat, kami mengucapkan terimakasih banyak. Mas B pada saat itu mencoba bernostalgia dengan lagu lagu dari Sio Sio, sebuah grup musik beraliran campursari dangdut yang para personelnya adalah anggota dari Teater SOPO. Kembali menjadi muda dan kembali merasakan menjadi vokalis, lagu lagu dari Sio Sio dibawakan. Pada lagu pertama "Kelingan Kelangan", dengan bernyanyi ia membuat gerakan gerakan ala SKJ '94 dengan penari latar yang menarikan gerakan gerakan ala penonton acara musik di televisi swasta. Atas kharismanya, tak salah jika ia mendapat fans yang masuk ke atas panggung untuk memberinya pot bunga. Dan dengan majunya Mas B, membuat para alumni naik ke atas panggung juga untuk mengenang masanya. Kurang lebih 3 lagu dihadirkan dari lagu lagu ciptaan Sio Sio. Dan lagu "Goodbye" menjadi klimaks pada Pentas Bikin XVII tahun ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semua pihak yang ikut mendukung terselenggaranya Pentas Bikin Bikin XVII ini, dari para penonton, jajaran dekanat, para sponsor, teman teman teater se Solo, UKM se FISIP, dan masih banyak lagi. Ucapan terimakasih yang teramat banyak kami ucapkan kepada para penonton yang telah menyempatkan menonton Pentas Bikin Bikin XVII ini. Kami meminta maaf apabila pada acara kemarin ada hal hal yang membuat ketidaknyamanan penonton. Terimakasih, dan selamat berjumpa pada Pentas Bikin Bikin XVIII dan pentas pentas kami selanjutnya. Dan untuk teman teman anggota SOPO, selamat menjalani proses kembali, jalan masih panjang, kawan...

SALAM BUDAYA!

Pentas Bikin Bikin XVII: 3 malam 6 repertoar (preview)




Ini adalah perjalanan ke XVII dari Bikin Bikin Teater SOPO, sebuah perjalanan yang panjang. Bikin Bikin yang merupakan sebuah ajang apresiasi anggota kami terutama anggota baru kami untuk lebih mengenal apa itu sebuah pertunjukan. Walaupun mengangkat nama "Bikin Bikin", tapi kami tidak "buat buat" di sini, kami tetap menghadirkan sebuah pementasan yang optimal.

Pada perjalanan ke XVII ini, kami membuat 3 hari pertunjukan , di setiap hari ada 2 pementasan yang tersaji. Pada hari pertama akan tersaji pentas "DALA" dengan penulis naskah Hendro Prabowo, sutradara Surya Nugraha. Pementasan ini berkisah tentang kisah romansa antara Dala dan Dyah Nala,akan tetapi perjalanan mereka terhenti akibat ulah Kolor Ijo. Sebenarnya menurut penulis naskah, tokoh tokoh yang coba dihadirkan dalam naskah ini adalah sebuah simbolisasi, dan cerita yang dihadirkan adalah simbolisasi dari keadaan sekarang ini, yaitu sebesar apapun cinta bisa akan dikalahkan oleh kapitalisme, kapitalisme sendiri coba dijadikan sebuah "metafora" melalui sosok Kolor Ijo. Makna yang memang tersaji secara eksplisit dari sebuah cerita yang cair.
Di pementasan jam kedua, masih pada hari pertama, akan tersaji pementasan "CELENG", naskah&sutradara Bagus M.P. Menceritakan tentang sebuah rasa penyesalan yang diderita oleh seorang istri akibat dikhianati oleh suaminya, yang selingkuh dengan wanita lain. Itu dikarenakan harta yang menumpuk yang diperoleh dari pesugihannya, sehingga ia dibutakan oleh duniawi.
Pementasan hari kedua akan dimulai oleh pentas dengan judul "SI MBOK"
dengan naskah&sutradara Agung Irawan, berkisah tentang kisah kehidupan dalam sebuah rumah tangga. Seperti kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya di mana budaya patriarki masih erat, sosok ayah masih memegang peran vital, dan kadang kadang karena terlalu memegang kendali itulah, sang ayah tersebut terlalu over controlling sehingga membuat friksi friksi di dalam keluarga tersebut. Dan sosok ibu selalu menjadi korban, seperti kita tahu banyak kasus KDRT di negara ini yang melibatkan antara pasangan suami istri.
Pementasan kedua di hari kedua adalah sebuah naskah saduran dari W.S. Rendra dengan sutradara Wury Febrian dengan judul "TANDA SILANG". Menceritakan tentang kehidupan mantan kapten kapal dengan keluarganya, di mana sang kapten dan anaknya yang bernama Darpo terkena penyakit shizoprenia, kedua orang tersebut selalu mendelusikan dan menghalusinasikan tentang Kapal Marlini dan harta karun yang berisi intan, berlian, zamrud, manikam, dan perhiasan tak terbatas.
Di hari ketiga, di pementasan pertama akan ada pementasan dengan judul "ERIN DAN ANGIN PETAKANYA", naskah oleh Gabriel Marquez dengan diadaptasi dan disutradarai oleh Sari Wuryani. Mencoba menceritakan tentang kehidupan Erin, seorang gadis yang hidp dengan neneknya. Karena utang yang banyak, sang nenek terpaksa menjual tubuh Erin kepada para lelaki hidung belang untuk membayar utangnya. Pada pementasan terakhir, sedikit bernostalgia memang, karena pada pementasan terakhir ini sang sutradara, Irawan Wijayanto,yang pada khusunya mencoba mengembalikan memori teman teman anggota SOPO dengan memusikalisasikan puisi puisi ciptaan teman teman anggota SOPO. Musikalisasi yang menarik ala Irawan Wijayanto.

Dan pada Bikin Bikin XVII ini, konsep outdoor menjadi pilihan ketika aula FISIP UNS yang telah menjadi venue acara Bikin Bikin selama bertahun tahun tidak bisa kami raih akibat peraturan baru dari para petinggi kampus kami. Kami mencoba "memaklumi" itu dan ini merupakan tantangan baru untuk kami bagaimana menyelenggarakan sebuah acara dengan konsep outdoor. Kami malah mengucapkan terimakasih kepada mereka karena masih "menyisakan" Hutan FISIP dan areal Gedung IV (samping parkiran baru)setidaknya untuk tahun ini sebagai tempat pentas, sebelum hutan FISIP berubah menjadi "hutan beton" seperti yang kami dengar isunya. Jika itu benar benar terjadi, semoga kami mencatatkan sejarah di sana.

Ketika tulisan ini dibuat, jarak pementasan kurang 10 hari lagi, saat saat yang krusial. Dan terakhir, bagi Anda yang mempunyai waktu senggang pada tanggal 22,23,24 Februari, kami mempersilakan Anda untuk menonton acara kami. Kami berharap Anda menikmatinya dan menjadi kesan tersendiri untuk Anda

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template