Puisi Kami #01

SURAT KABAR

Surat kabar yang kuterima di balik pintu
Bukan surat biasa
Biasanya surat, bukan buka-bukaan?

Telinga kananku kawan
Kemarin menerima surat itu
Lagi tadi pagi surat itu terdengar merdu
Terbawa angin, terngiang lagi dalam benakku, kemudian
Tampak jelas
Berdasarkan kondisi yang ada Revolusi resmi DITUNDA
Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya wajib dihilangkan:
1. Segala bentuk perjudian angan-angan
2. Segala bentuk impian buta
3. Dan hal-hal yang mendekati keduanya

Salam

(Edy Melawan Adat, Kamis 24-11-2011) @dy19MelawanAdat

UNTITLED 01

Pyaaaaarr…
Terdengar sebuah kaca pecah, suaranya terlalu indah untuk dirasakan, tak merasa kalau beling-beling tersebut adalah berada pada posisi vertical, siap menancap bagi siapa saja yang tak tahu arah. Biarkanlah saja, toh hanya orang tak tahu arah saja yang bakal kena. Kalau dipikir-pikir, asyik juga jika kita mengambil beling-beling tersebut lalu kita goreskan ke pergelangan tangan kita, hingga nadi kita terkelupas, hingga darah menetes dengan sempurna dan akhirnya akan membentuk sebuah symbol yaitu: S.O.S

Gedebukk..
Apa itu? Ohhh ternyata ada malaikat jatuh dari surge. Sayapnya terbelah menjadi beberapa inci. Sayapnya yang kanan tersangkut di pagar listrik bertuliskan: HIGH VOLTAGE, dan sekarang sayapnya tersebut telah menjadi arang. Usai sudah masa-masa kejayaannya di mana ketika itu sayapnya yang kanan berhasil membawanya ke surge. Sayapnya yang kiri lain cerita, ternyata karena telah infeksi ia terpaksa merobek sayapnya tersebut. Sekarang sayapnya telah dimakan burung pemakan bangkai di pojokan jalan itu. Usai sudah masa-masa kejayaannya di mana ketika itu sayapnya yang kiri berhasil membawanya ke surge. Kini malaikat itu terpaksa menjadi manusia tulen, turun kasta adalah kata paling indah untuknya. Kini ia hanya meratapi kesalahannya, dan tak tahukan ia bahwa perjalanan ke surge adalah kilometer tak terbatas? Kini ia terjebak dalam dimensi antah berantah. Konon, ini adalah sebuah dimensi yang terkejam, yang pernah Tuhan buat. Dimensi ini bernama: dunia. Kini ia terjebak, tak akan pernah bisa keluar, menunggu hingga hari akhir, menunggu datangnya Messiah dan apa yang akan ia perbuat akan dicatat sebagai seorang manusia bukan malaikat. Kabar terakhir dari malaikat tersebut adalah, ia akhirnya memilih gantung diri di bawah pohon pinus di areal pegunungan. Pesan terakhir yang ia buat adalah, “Lebih baik aku mati bunuh diri daripada hidup tapi siap-sia dan tanpa arti. Apa yang aku jalani adalah kesalahan untuk hidupku sendiri.”

Kriciiikkk kriiccciikkk..
Apa itu? Ahhh.. pasti engkau sudah tahu..

(FLYAWAY, 22 DESEMBER 2011) @rezawillflyaway

UNTITLED 02

Susu yang kuminum ini semakin pahit, padahal sudah jelas susu ini bermerk “kental manis”
Rokok yang kubakar sekarang ini semakin besar bara apinya, semakin habis semakin mendekati penghabisan
Bermurung diri di kamar semakin menggambarkan akan ketiadaan
Satu kali menyeruput susu, satu kali menghisap rokok
Sama saja dengan sepuluh kali kepahitan dan penghabisan yang akan menjadi-jadi
Ketiadaan menari-nari di balik angan, terbahak-bahak di antara celah-celah selangkangan
Musik yang kumainkan bernada ambigu, tak jelas arah tempo, tak jelas arah ketukan, tak jelas arah petikan, apalagi distorsi..
Semakin keras music itu bersuara, semakin cepat aku ingin menembakkan satu butir peluru ke kepala
Hahahaha.. Hanya sebuah candaan toh akupun tak punya senjata..
Musik itu indah, music itu menginspirasi, jangan jadikan music sebagai nada-nada ambigu, nada-nada putus asa.
Susu, rokok, music, semuanya menghadirkan suasana mistis
Menghadirkan bayang-bayang dalam hitamnya tembok, menghadirkan suara-suara sumbang tak bertuan, dan yang jelas menghadirkan suara-suara keraguan
Nada ironi berkumandang, semakin membuat galau seluruh ruangan..
Membuat murung setiap kehidupan..
Tapi yang jelas hidup masih akan tetap berlanjut, bukan?
Kalau tak ingin berlanjut, ambil satu butir peluru, masukkan ke senapanmu, kokang dengan semangat membaramu, lalu tembakkan ke kepalamu, usahakan kau tersenyum melihat jasadmu..
Itulah namanya pahlawan.. Tapi beda tipis dengan sebutan pecundang..

(FLYAWAY, 2 APRIL 2012)

KATA DAN SUARA

Terlalu banyak kata
Tapi hanya ada satu baris di kertas itu
Membuatku bingung menulis kalimat apa
Terlalu banyak suara
Tapi hanya ada satu mulut
Bingung ingin mengeluarkan yang mana
Ditambah lagi
Aku tak mendapati telinga yang membutuhkan
Jadi sebaiknya disimpan saja
Tak tega rasanya
Jika suaraku tak punya tempat tinggal

Aku tak sanggup mengatur kata dan suara
Terimalah diamku
Jika ternyata ada kata dan suara yang keluar
Kau boleh tidak menyambutnya
Tapi tolong
Jangan kembalikan mereka ke asal
Atau mencegah mereka pergi
Karena aku masih percaya
Kata dan suara yang berceceran itu
Akan ditemukan oleh orang yang tepat
Dan dia akan mengembalikannya kepadaku
Dengan susunan yang indah

(Budi Winawan) @budii_


MATA KANAN, KIRI, DAN TENGAH

Sebuah terang yang besar dan menyilaukan muncul di langit.
Jutaan pasang mata yang berada di sisi kiri bumi mengeluh dan berkata “Betapa menyilaukannya cahaya itu. Mari kita menutup diri agar kita tidak rusak dibuatnya”. Maka tertutuplah mereka dan kegelapanlah yang mereka dapati.
Sementara itu, jutaan pasang mata di sisi kanan bumi berkata “Betapa indahnya berkat dari langit untuk kita. Marilah kita membuka diri kita lebar lebar, siapa tahu cahaya ini tidak tahan lama dan meredup sebelum kita benar-benar bisa menikmatinya.” Maka bahagialah mereka atas cahaya yang mereka terima itu. Tak lama, mereka mulai menderita. Ada yang rabun, ada yang buta, ada yang mati. Pada akhirnya, kegelapanlah yang mereka dapati.
Mata yang ada di tengah bumi berkata “Cahaya ini adalah keindahan yang diberikan Tuhan pada kita”, sambil membuka diri lebar-lebar. Setelah merasa cukup menikmati, mereka berkata “Cukup bagi kita untuk menerima cahaya ini. Marilah kita menutup diri kita sejenak dan kita biarkan cahaya yang kita terima ini masuk ke tempat yang jauh lebih dalam”. Jutaan pasang mata itu pun menutup diri, melihat jauh ke dalam. Ketika sampai pada hati dan pikiran, ditaruhnya lah cahaya yang tadi mereka lihat. Di dalam sana, cahaya itu berubah menjadi nyala api yang indah, yang tidak lain adalah Roh Kudus.
Kemudian, mereka, jutaan pasang mata itu terbuka lagi dan kekuatan serta pengendalian diri lah yang mereka dapati.

(Budi Winawan)


Setetes air dari langit turun ke bumi yang kering. Ia meresap sampai ke dalam, memanggil kumpulan air yang lama mengendap, lalu bersama-sama muncul ke permukaan sehingga basahlah bumi itu. Mata air, sungai, danau, laut, bahkan samudra kembali tercipta dan bumi tidak kering lagi.
Satu niat baik muncul dari hati yang keras, dingin dan gelap. Berusaha keluar, tapi tertahan oleh ketidakpercayaan. Hati itu kemudian berjalan sendirian, berusaha menemukan hati yang mau percaya pada apa yang masih ia miliki. Sayangnya, ia bertemu dengan hati yang salah, yang berkata bahwa apa yang ia tunjukkan selama ini sudah benar. Niat baik yang tadi muncul pun malah terkubur sangat dalam, dan hati yang tadi memilikinya makin keras, makin dingin, dan makin gelap.
Setetes air mata, muncul dari sebuah bola mata yang tertutup topeng keceriaan. Ketidakpercayaan membuat air mata itu sulit menembus topeng. Si pemakai pun seolah tak punya daya untuk melepasnya. Setetes air itu kemudian bertambah jadi dua, tiga, lima, sepuluh, seratus, seribu, sampai topeng itu penuh karenanya. Tiba-tiba topeng itu pecah karena tak mampu menahan beban air, sehingga tampaklah wajah si pemakai topeng yang sebenarnya. Wajah yang pucat, mata yang kosong dan terbuka lebar, serta ekspresi kesedihan yang terlihat mengerikan.

(Budi Winawan. Pakelonan, 31 Maret 2012)

BINGGO

Nama saya Nandang
Kusobek lembaran malam kali ini
Tak mampu bertatap dengan pagi buta lagi
Meskipun segalanya bakal kujelang
Dengan beberapa sabetan raket lagi
Dan kuangkat nama keluarga setingginya
Namun Binggo mendadak manja
Dia minta seutas pita disematkan di lehernya
Setelah lama tak menyentuh sarapannya
Opsi terbaik adalah kuajak serta dirinya,
Dan…
Tibalah aku dan Binggo lewati jalan itu
Saat dimana segalanya kujelang
Ajal…
Bersama Binggo.

(Listiyo Budi, 9-3-2012) @tyo_distortion


TAHUN KEDUA

Suatu pagi duduklah seorang pria muda di lorong stasiun. Tepatnya di ruang tunggu sebelah jalur 1. Beberapa waktu berlalu, akhirnya datang kereta yang sedari tadi ditunggunya…
Kekasihnya…
Melambai tangan dengan hangat sembari disambut sukacita sang pria. Yang gusar memegang erat seikat mawar ranum dari kebun. Matanya terhenyak tatkala senyumnya tak terbalas.
Setelah di lorong stasiun, lobi depan, di dalam taksi, kekasihnya tak menoleh sedikitpun terhadap dirinya. Sampailah dia di sebuah nisan…
Hanya itu yang Nampak jelas memperhatikan isak tangis pria muda.
Inilah tahun ke 2 mereka melepas rindu di kuburan…

(Listiyo Budi, 9-3-2012)

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template