Imajinasi

oleh : Hendro Prabowo

Seorang kiai di Solo pernah memberikan nasihat yang cukup nyleneh kepada seorang kawan wartawan. Wartawan tersebut mempunyai dua orang anak, salah satunya sudah menginjak usia sekolah dasar. Nah, kiai tersebut menyarankan agar si wartawan memberikan latihan pre – memory kepada si anak tepat sebelum dia tidur. Si anak disuruh menceritakan kembali sebagian aktifitasnya. Kadang si anak disuruh bercerita tentang kejadian – kejadian sewaktu bersekolah di taman kanak – kanak di pagi hari. Kadang dia juga disuruh bercerita pengalaman – pengalaman menarik sewaktu bermain di sore hari.
Latihan pre – memory seperti itu sangat penting untuk pengembangan imajinasi si anak, demikian ujar sang kiai. Dengan imajinasi, anak dapat melakukan pengandaian yang bisa dia lakukan. Seandainya ikan peliharaannya tidak kelupaan dimakani, tentu ikan itu tidak akan mati. Seandainya dia jadi ikan, tentunya sengsara sekali menahan lapar. Sehingga sedikit rasa empati mulai muncul di diri anak tersebut. Bagi sang kiai yang bukan seorang pekerja teater, imajinasi ternyata penting sekali. Dengan imajinasi, oarng diajak untuk selalu melakukan telaah secara mendalam sebelum dia memutuskan sesuatu. Dan juga bukan dia seorang saja, tapi ada seorang filsuf bernama Hannah Arendt yang menganggap imajinasi itu penting.
Mari sejenak kita legalkan parsimony, penghematan berpikir, karena filsafat Hannah Arendt sangatlah dalam dan orisinil. Arendt melakukan pengamatan terhadap pengadilan Eichmann di Jerusalem dan pengadilan Frankfurt. Semua pengadilan tersebut berusaha untuk mengadili para penjahat rezim Nazi yang terlibat dalam genoicida terhadap bangsa Yahudi. Kesimpulan akhir dari Arendt sangat mencengangkan. Dalam banality of evil, Eichmann atau siapapun juga yang dengan enteng melakukan kejahatan tanpa rasa bersalah, bahkan dalam ukuran moral sangatlah biadab, di situ terlihat kenyataan orang yang tanpa pikiran ( thoughtless). Suatu kemalasan luar biasa untuk menggunakan akal yang seharusnya membuat orang berpikir, berimajinasi dan mampu mengambil keputusan untuk perkara – perkara yang dalam.
Nah, ternyata imajinasi penting sekali dalam berkehidupan. Mungkin bagi sebagian orang, latihan imajinasi yang dilakukan oleh kawan – kawan teater, adalah hal yang sia – sia. Bahkan para pelaku latihan imajinasi, sering dikira sebagai wong edan anyaran. Tapi jika diolah dengan baik, imajinasi dapat menuntun kita ke arah yang lebih baik.

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template