Lampu


Masih ingatkah kita pada perayaan 50 tahun republik tercinta ini merdeka ? Saat itu di pelosok negeri dipenuhi oleh kerlip ribuan lampu. Jalanan dipenuhi oleh warna – warni lampu dengan pelbagai macam ukuran dan pola. Ada rangkaian lampu kecil – kecil yang dililitkan pada sebatang bambu. Kemudian ditancapkan sepanjang jalan kampung. Tembok – tembok, kanopi rumah tak urung dipasangi lampu. Bahkan pohon – pohon besar pun tak luput dari hiasan tersebut.

Jalan protokol tentu saja tak luput dari kerlip lampu. Malah lebih banyak dan rumit polanya. Ada yang berpola bunga – bungaan, binatang dan manusia. Ada yang membentuk tulisan, bahkan lampu sokle dipasang di tengah kota. Seakan hendak menerangi angkasa yang gelap.
Saat itu, sejenak kita melupakan penderitaan diperintah di bawah rezim yang otoriter. Kita terhibur oleh pemandangan artifisial yang melenakan itu. Rakyat dari segala macam lapisan dan profesi berduyun – duyun memenuhi jalan protokol di malam hari hanya untuk menonton lampu. Lalu mereka pulang dengan wajah puas dan senyum yang mengembang.

Padahal saat itu harga – harga sudah mulai naik. Tingkah laku pejabat semakin memuakan. Segala bentuk represifitas kekuasaan sudah mendera kita. Tapi untuk sejenak, kita terpesona oleh lampu – lampu tersebut. Hanya sejenak memang, karena 3 tahun kemudian sang raja lengser. Melepaskan rantai yang semula mengikat kencang leher baron – baron. Kemudian para baron tersebut menjelma menjadi preman yang berkuasa di negeri ini.

Tapi sudahlah, di sini kita berbicara tentang lampu bukan tentang hubungan triangulasi negara, pengusaha dan preman. Kita berbicara tentang betapa hebatnya efek yang ditimbulkan oleh lampu – lampu tersebut. Dia bisa mempermainkan emosi dan membelokan nalar kita seperti contoh di atas. Tapi dia juga bisa menjadi terang di sudut – sudut yang gelap sehingga menekan angka kriminalitas.

Di dunia teater, efek yang ditimbulkan oleh lampu juga tidak akan jauh berbeda daripada dunia nyata. Dia bisa memainkan emosi para penonton, menstimulan karakter para aktor dan menambah greget setiap adegan. Singkatnya, lampu bisa membodohi penonton atau menerangi makna yang tersembunyi dalam setiap lakon. Semua berpulang dari anggota teater itu sendiri.


oleh : Hendro Prabowo
31 juli 2008

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template