Memutuskan Pilihan

oleh : dwi marhaeni

Saat ini saya menjadi berpikir,
Apa saja kesempatan yang telah saya lewatkan....
Tepatkah keputusan-keputusan yang saya buat????

Saya yang tidak pernah puas, yang banyak maunya sementara kemampuan saya terbatas, ternyata sangatlah alamiah sebagai manusia. Sebagai manusia memang saya tidak dapat melakukan ataupun mendapatkan semua yang saya inginkan karena keterbatasan-keterbatasan tadi. Karena itu manusia dalam hidupnya harus menentukan pilihan. Yang jarang saya sadari adalah bahwa dalam semua keputusan yang sudah saya tentukan ternyata mengandung biaya atas kesempatan yang hilang (dalam konsep ekonomi: opportunity cost).

Sebagai manusia yang rasional, tentu saja pilihan ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, dengan membuat prioritas-prioritas. Dan tentunya juga pilihan tersebut merupakan yang terbaik (yang mengalahkan alternatif lain) menurut si pemilih. Kehilangan kesempatan atas pilihan lainnya yang terbaik ini lah si “opportunity cost” tadi. Saat ini saya sedang berpikir (mungkin terbalik), kesempatan apa yang hilang atas pilihan yang sudah saya buat, karena tidak jarang saya melakukan pilihan berdasarkan “feeling” atau “maunya saya saja”. Apakah saya bukan manusia yang rasional?

Misalnya saja, dengan memutuskan masuk ke dalam dunia teater saat menjadi mahasiswa baru di FISIP UNS. Waktu itu saya sama sekali tidak mempertimbangkan apa untungnya buat saya. Yang ada cuma “maunya saya saja” itu tadi. Nah, sekarang saya jadi berpikir... jangan-jangan keputusan itu tidak tepat. Apa ya kira-kira kehilangan saya yang paling besar??? Apakah kehilangan kesempatan memperdalam ilmu Administrasi Negara dengan mengikuti kegiatan yang tentu saja berhubungan dengan disiplin ilmu yang saya geluti itu? atau kehilangan kesempatan untuk lulus cepat yang berarti saya bisa cepat dapat kerja, yang berarti saya cepat naik jabatan, yang berarti tabungan saya cepat banyak, yang berarti saya cepat-cepat mendapatkan yang lainnya.

Akhirnya saya membandingkan kesempatan-kesempatan itu dengan apa yang saya sudah dapatkan. Kesempatan berproses dengan teman-teman di teater (khususnya Teater Sopo). Yang isinya kesempatan berdiri di panggung dengan sorotan lampu, berada di pihak yang menikmati tepukan penonton seusai pentas, kesempatan untuk menjadi seseorang, menyadari betapa kita bisa menjadi orang yang lemah sekaligus hebat, kesempatan untuk tertawa, menangis, bahkan keduanya baik di atas panggung maupun dunia nyata. Kesempatan menyadari kebaikan dan kebusukan hati kita. Kesempatan mengalami ketulusan pertemanan. Kesempatan belajar bertanggungjawab atas segala keputusan saya dan kepercayaan yang diberikan orang lain. Dan kesempatan-kesempatan lainnya yang akhirnya membuat saya tidak menyesali keputusan yang sudah saya buat.

Itu menurut saya, bisa sangat berbeda menurut orang lain. Tentu saja semua nilai atas kesempatan tersebut sangat subyektif, dan memang tidak selalu bisa diukur dengan uang. Keputusan yang saya contohkan tadi memang bisa dibilang tepat untuk saya, sekaligus bisa dibilang keputusan yang egois. Semoga tidak ada penyesalan dalam keputusan-keputusan kita yang egois.

Jakarta, 12 Agustus 2008

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template