Uwek Main Musik

oleh : Hendro Prabowo

Tanpa musik hidup merupakan suatu kekeliruan. Begitu tulis Nietzsche dalam Senjakala Berhala. Itu bisa berarti jika kita menginginkan kebenaran selalu melingkupi hidup kita, maka kita harus hidup dengan musik. Atau juga bisa berarti “ kekeliruan “ yang bernama “ hidup “ itu akan menjadi benar jika kita mengenal musik. Secara praksis Konfusius menulis bahwa musik dapat memberi pangaruh baik maupun buruk pada pikiran dan karakter seseorang, dan bahkan pada masyarakat secara keseluruhan.
Mungkin itulah yang ada di benak Uwek ketika dia memutuskan untuk bermain musik dalam pentas Teater SOPO. Lha bagaimana tidak ? Sak jeg jumbleg, manusia satu itu hanya pernah bermusik sekali. Dan yang dimainkannya adalah alat musik bernama “ bedug “. Fals lagi mainnya. Lha kok ini dia das ein, mak bedhunduk, tiba – tiba bermusik ria. Pasti alasannya penuh dipenuhi dengan landasan filsafat yang rumit seperti yang disebutkan di atas tadi. Lha wong Uwek itu termasuk manusia progesif je.
Tidak jelas juga posisi Uwek dalam kelompok musik ini sebagai apa. Apakah memegang alat musik tabuh ? Sekedar urun suara pating gemremeng ? Atau seperti yang dikatakan oleh koordinator musik, Uwek nyekel cagakan mik, memegang tiang penyangga microphone. Lha wong namanya proses menemukan, ya sak kecekele. Kalau hari ini bisanya cuma nyekel cagakan mik ya mbok biar.
Uwek memang ingin berproses menemukan kebenaran melalui bermusik. Kebenaran yang bagi kita semua mahal harganya. Dapatkah Uwek mendapatkan kebenaran dengan bermusik ? Siapkah dia dengan kebenaran yang akan menampakan wujudnya kemudian membuka selubungnya ?
Tapi dalam Sains Girang, Nietzsche juga berkata bahwa kebenaran adalah perempuan. Ada sosok perempuan menarik hati di sana. Wajahnya merupakan perpaduan antara cantik dan manis, muda, penuh semangat dan sedang berproses. Jangan – jangan, Uwek sedang mencari kebenaran tidak lewat musik tapi melalui sosok perempuan. Jangan – jangan….

1 komentar:

Komboran mengatakan...

Uwek memang kemaren cerita ke aku mau main musik...tak tahu mau cari apa. Tetapi sepertinya ia hanya mencari kesibukan saja dan tak menyinggung dengan latar belakang filsafat yang sering memusingkan...Ia sepertinya sak dermo menjalani proses karep, yang mengalir seperti intuisi pribadi. Namun sepertinya ia telah sadar diri sebelum ini dan telah menarik diri, hanya menunggu apabila ternyata tenaga dan pikirannya masih bisa di manfaatkan..walau hanya sebagai cagakan mik..tapi ia menyatakan rela.....

gone with the win flow...

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template