Refleksi Tujuh Belas Tahun





Kita ibaratkan, teater Sopo ini adalah sebuah rangkaian kereta api, Sopo Exspres, yang berjalan melewati stasiun demi stasiun. Belum tahu kapan dan dimana stasiun terakhir itu akan sampai. Proses yang dilalui memang tak mau berhenti.
Pada tanggal 02 Oktober 2008 kemarin adalah stasiun ke 17 yang dilewati kereta ini. berhenti sejenak untuk mengganti onderdil-onderdil yang rusak, mengisi bahan bakar dan cek seluruh mesin untuk melakukan perjalanan menuju ke stasiun berikutnya. Penumpang baru Sopo Exspres sudah mulai masuk, sedangkan di sisi yang lain ada pula penumpang yang telah turun untuk berhenti di stasiun tersebut. Ya, penumpang dapat naik dan turun di stasiun mana yang ia sukai sesuai dengan tujuan mereka.
Tak terasa mungkin bagi para arsitek pencipta Sopo Expres ini, ternyata kereta mereka telah melampaui 17 stasiun dalam kurun waktu 17 tahun. Waktu yang tidak singkat. Kalau manusia, dulunya anak-anak, sekarang telah berinjak remaja. Masa remaja adalah masa yang ceria. Penuh kenangan indah dan suka cita. Namun apakah itu yang mau di raih? Kalau saya akan lebih senang menganalogikan sebagai perubahan PJKA menjadi PT KAI, lompatan yang cukup jauh. Dari jawatan menjadi sebuah perseroan dengan tanpa menjadi BUMN terlebih dahulu.
Ya, profesionalitas adalah kuncinya. Paling tidak adalah pembelajaran terhadap profesionalitas dan tanggung jawab yang lebih terhadap apa yang telah direncanakan bersama. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi sarana yang mampu mengantarkan para penumpangnya pada apa yang akan menjadi tujuannya lebih baik lagi.
Oh ya, sekedar mengingatkan kembali untuk selanjutnya biar terus terbaca dalam sejarah, tapi ini adalah hanya bagian yang sangat kecil sekali dalam sejarah Sopo Exspres. Para masinis yang telah membawa Sopo Exspres adalah :
Nugroho Adi ( Gondrong ) ; tahun 1991 – 1993
Priyanto ( Gudhel ) ; tahun 1993 – 1995
Chafid Sukarno ( Gembok ) ; tahun 1995 – 1997
Hendy Mukhtarudin ( Gendul ) ; tahun 1997 – 1998
Nur Hidayat Dwi Pramono ( Cenger ) ; tahun 1998 – 1999
Bagus Madi Purwantyo ( Si Bhe ) ; tahun 1999 – 2000
Suyanto ( Kombor ) ; tahun 2000 – 2001
Sidhi Nugroho ( Hoho’ ) ; tahun 2001 – 2002
Agung Maryono ( Flow ) ; tahun 2002 – 2003
Nur Wahyuni ( Uni ) ; tahun 2003 – 2005
M. Wahid Rahmatullah ( Wahid ) ; tahun 2005 -2006
Noer Apriyana ( Yana ) ; tahun 2006 – 2007
Eko Novantoro ( Eko ) ; 2007 – 2008
Alief Pandu W. ( Ahong ) ; 2008 - sekarang


Dari tahun ke tahun dan dari cerita yang pernah saya dengar, perubahan-perubahan sudah banyak terjadi di lingkungan Sopo ini.Mulai dari loyalitas, masa aktif kuliah, kebijakan fakultas dan universitas, program kerja, senioritas dan lain sebagainya. Semua itu menjadi suatu masalah yang sangat komplek sekali jika mau dibicarakan panjang dan lebar. Semuanya telah menjadi tenaga pendorong dan juga sekaligus menjadi penghambat laju dari proses perjalanan kereta Sopo Expsres ini. Dengan permasalahan yang sama namun waktu yang berbeda perlu penyelesaian yang tidak sama. Setiap kendala dan permasalahan hendaknya harus ditanggapi dengan baik dan bijak dengan tanpa menghilangkan rasa seni dan semangat proses yang kita pegang. Setiap masa punya cirinya sendiri. Sehingga dengan kondisi seperti sekarang ini, jalinan antara alumni dan anggota sangat erat menimbulkan banyak kemungkinan. Yang diperlukan adalah adanya dialog yang baik setiap saat sehingga setiap masalah dapatdipecahkan dengan solusi yang tepat. Masinis maupun mantan masinis, para penumpang, dan para mantan penumpang yang telah turun di stasiunnya masing-masing dapat kembali lagi naik dalam gerbong ini untuk bersama-sama membawa kareta Sopo Exspres ini ke tujuan berikutnya.


Stasiun Solo, 18 Oktober 2008

Kombor

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template