Pentas Teater Bengkel Anak Bangsa

‘SUNAT’, POTRET IKLAS HATI YANG MAKIN PUDAR



Gedung Wanita Bancar Purbalingga Minggu malam (25/1) tampak “hidup”. Sekitar 150-an orang penggemar teater menikmati suguhan pentas teater berjudul SUNAT sajian Bengkel Anak Bangsa Purbalingga. Pentas tersebut merupakan wujud kerinduan para pekerja seni teater Purbalingga untuk mengekspresikan diri kepada publik. Sebelum pentas, Bagus Arifin ikut memeriahkan acara dengan membacakan puisi bertajuk “Indonesia”.



Lakon SUNAT karya Taat Wihargo yang dialih-bahasakan, diadaptasi dan disutradarai Aris Sarjono adalah drama komedi realis yang memotret dilematika budaya “nyumbang/kondangan”di masyarakat. Semestinya acara hajatan sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan dan berbagi kebahagiaan dengan warga sekitar, tapi pada masa sekarang ini acara tersebut “dimaknai” sebagai sebuah acara untuk mencari untung. Disadari atau tidak, nilai keiklasan hati pun mulai pudar dan bergeser pada kepentingan uang.


Dalam pentas teater yang mengambil setting kehidupan masyarakat desa yang agraris itu, dibuka dengan perbincangan antara Bapak (Kusdaryoko) dan Ibu (Reynelda Vera) perihal anaknya yang semata wayang. Perbincangan itu berujung pada perdebatan sengit ketika sang Bapak mengetahui kalau anaknya ingin cepat-cepat disunat dan malah ingin ikut sunatan massal secara gratisan. Dalam hal ini sang Ibu hanya kebingungan karena terus memikirkan keinginan anaknya itu, sedangkan sang Bapak ingin menggunakan momen sunatan anaknya dengan menggelar hajatan besar untuk mengembalikan semua sumbangan yang telah tersebar kemana-mana.
“Lha wong anak kita cuma satu thok-thil, masak ya tega sunatan cuma diem-dieman. Gengsi Bu, ya harus pakai slametan yang agak besar. Harus pakai undangan untuk mengumpulkan semua warga. Kalau perlu nanggap apalah, ketoprak, wayang kulit atau thek-thek, misalnya. Dan begini Bu, ini adalah kesempatan kita untuk mengembalikan sumbangan-sumbangan yang sudah kita keluarkan untuk kondangan sana, kondangan sini. Ya, kan?! Kesempatannya kapan lagi kalau kita tidak pernah punya hajatan..” ujar Bapak.
Dan hal itu disanggah oleh Ibu, “O.. jadi saat Bapak kondangan, saat ngasih amplop itu tidak iklas? Masih nunggu kembali, nggolet balen..”
Konflik bertambah panas saat kedatangan si Anak (Subekti) yang dengan begitu polos dan riang gembira mengabarkan kepada Ibu bahwa dia sudah sunat, ikut sunatan massal. Hal itu kontan menyulut amarah Bapak yang sangat menginginkan punya hajatan dan sudah memiliki tabungan berupa kambing. Tetapi Ibu dengan sekuat tenaga berusaha meredakan dan menyadarkan Bapak tentang sikapnya yang keliru.
Dalam pentas tersebut musik digarap rancak menggunakan gamelan jawa dan perkusi oleh Agustinus dan Trisnanto Budidoyo. Sedangkan tata lampu ditangani oleh Koko L Akade.
Pentas dihadiri beberapa pekerja seni dari Purbalingga, Purwokerto, Solo dan Purworejo, sedangkan dari unsur pemerintah tampak hadir Wakil Bupati Purbalingga Drs. H. Heru Sudjatmoko, MSi dan Sri Pamekas dari Disbudparpora Purbalingga.
Pada diskusi dan dialog seusai pentas dengan moderator Agustinus justru mengemuka tentang bagaimana eksistensi Dewan Kesenian Daerah Purbalingga pada pementasan perdana Bengkel Anak Bangsa yang dilontarkan oleh Bowo Leksono. Pertanyaaan itu dijawab dengan lugas oleh pekerja seni Bengkel Anak Bangsa bahwa ada atau tidak ada Dewan Kesenian Daerah, kita tetap berkarya.
Pada acara tersebut Wakil Bupati Purbalingga memberi arahan agar para pekerja seni untuk bisa lebih berhubungan dengan lembaga dalam SOT baru yaitu Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga yang pada malam itu diwakilii oleh Sri Pamekas. ”Silahkan berhubungan Disbudpora dan manfaatkan instansi tersebut, kami berharap pentas seperti ini bisa berlanjut terus.” ujar Wakil Bupati.
“Kita akan membantu setiap kegiatan yang berhubungan dengan seni dan budaya, terutama pada anak muda agar kegiatan seni bisa hidup di Purbalingga!” tandas Sri Pamekas.



(Agustinus)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Suuuuiiiipppp.pokoke sip banget.mas aris, mas tinus, mas koko....sip...salut....hendro gondrong

Anonim mengatakan...

jare arep pentas neh, kapan? tolong tampilkan video pementasannya mas Tinus...!!

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template