Fatal


Anda pernah merasa jengkel, frustasi, ingin melempar dan meremukan sesuatu tetapi hopeless dan tak berdaya ? Tentu saja kita semua pernah merasakan hal tersebut, baik ketika dalam menghadapi situasi dan kondisi yang kompleks maupun yang sepele saja. Seperti saat menonton Kate Winslet memainkan karakter Anna Schmitz dalam film The Reader.
Anna Schmitz merupakan wanita paruh baya yang mempunyai pekerjaan sebagai sipir penjara di masa Nazi berkuasa. Hitler jatuh, dan Anna Schmitz pun dibawa ke hadapan pengadilan untuk dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya. Tindakan yang menyebabkan nyawa banyak orang melayang. Tidak ada sangkalan yang keluar dari mulutnya. Yang keluar cuma argumen khas seorang bawahan. Seperti yang terjadi pada penelitian Hannah Arendt di pengadilan kelas teri Frankfurt. Sebagai sipir penjara ia haruslah patuh pada peraturan dan taat pada atasan. Jika bukan dia yang melakukan pekerjaan memuakan tersebut, orang lain lah yang akan melaksanakannya.
Tetapi kemudian tuduhan berkembang. Anna Schmitz dituduh sebagai otak di belakang kejahatan – kejahatan yang terjadi di penjara tersebut. Ada banyak bukti berupa tulisan dan tanda tangan dia dalam perintah kejam tersebut. Bukti tersebut adalah palsu. Buatan sipir – sipir penjara lainnya untuk mengkambinghitamkan Anna Schmitz. Agar dia yang harus menanggung perbuatan yang tidak dilakukannya. Kali ini Anna Schmitz tidak bisa atau tepatnya tidak mampu untuk menyangkal dan berargumen terhadap tuduhan tersebut. Bukan karena dia yang merasa bertanggung jawab. Tetapi karena Anna Schmitz malu jika rahasia kecilnya terbongkar seandainya ia bicara jujur. Rahasia kecilnya adalah dia tidak bisa baca tulis alias buta huruf.
Karena buta huruf tersebut Anna Schmitz dijatuhi hukuman seumur hidup. Cerita bergulir puluhan tahun kemudian. Lewat bantuan seorang kawan masa lampau, Anna Schmitz akhirnya mampu untuk membaca dan menulis. Kawan inilah yang dulu kerap membacakan karya – karya sastra untuk Anna Schmitz di waktu luang mereka. Anna Schmitz kemudian menulis surat agar sang kawan mau mengunjungi dirinya di penjara. Setelah bertemu, Anna Schmitz menyodorkan seluruh uang tabungannya yang jumlahnya tak seberapa. Agar sang kawan mau menyerahkan uang tersebut kepada ahli waris korbannya dulu sewaktu di penjara. Lalu Anna Schmitz mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di sel penjaranya yang sunyi.
Saat menonton film tersebut, rasanya jengkel, frustasi, ingin melempar dan meremukan sesuatu tapi hopeless dan tak berdaya. Rasanya hampir sama saat menyaksikan fenomena bureauphatology di Pemkot Solo. Saat permohonan bantuan dana Teater SOPO didisposisikan ke meja Dinas Purbakala. Sekali lagi Dinas Purbakala. Duh Gusti Allah nyuwun pangapura. Mungkin bagi mereka, kelompok teater merupakan benda langka peninggalan masa lampau. Menilik fenomena ini, kita bisa melihat bahwa tubuh birokrasi di Pemkot Solo tengah terkena penyakit yang kronis. Semoga saja birokrasi kita dapat sehat kembali. Semoga saja para birokrat itu tidak fatalis lalu melakukan bunuh diri birokrasi. Kalau pun akhirnya mereka bunuh diri, semoga saja tidak mengajak orang lain dan menyebabkan jatuh korban lain. Seperti yang dilakukan oleh para pelaku bom bunuh diri. Semoga.
surakarta, 3 maret 09
Hendro Prabowo

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template