Latihan Rutin Dengan Media Permainan Tradisional

Kamis, 10 Maret 2011, sore itu cerah langit tak mendung terlihat biru, secerah dan sebiru wajah anak anak SOPO pada saat itu. Walaupun yang datang tak terlalu banyak akan tetapi suasana pada saat itu begitu menyenangkan. Latihan hari Kamis kemarin adalah latihan rutin pertama di tahun 2011. Sama seperti latihan latihan pada biasanya, kami memulai dengan pemanasan fisik walaupun sebenarnya suasana pada saat itu memang panas, dari ujung kepala sampai ujung kaki coba kami panaskan, dan terasa panas lagi setelah kami lari lari mengitari hutan FISIP sambil mengenang masa masa Bikin Bikin XVII. ENGINE SUDAH SIAP! Pemanasan vokal pun dimulai, mencoba memanaskan vokal dengan tujuan ketika kita pentas, vokal kita sudah terjaga mutunya, mencoba membentuk mutu sedari dini.

Bertepatan dengan latihan vokal, sesosok pria berhelm dengan motor supra hitam dengan mengenakan tas punggung dan pakain kemeja abu abu bermotif kotak kotak, bercelena panjang dan mengenakan "bling bling" berupa flashdisk meluncur dari ekonomi, dengan senyum ramahnya ia membalas sapaan anak anak yang menyapanya secara bersahutan sahutan. Yah pria yang sudah menyelesaikan "nine to fivenya"
itu adalah Surya Nugraha, ia menjadi pemateri pada saat itu. Nampaknya selagi kita latihan vokal ia mempersiapkan sesuatu untuk latihan nanti. Dan ternyata benar saja, latihan yang pada hari itu kami kira akan berjalan membosankan ternyata Mas Suryo membalikkan semua itu. Latihan pada hari itu kita diajaknya pada sebuah permainan di masa kecil, kita diajak bernostalgia dengan masa kecil kita, sebuah permainan bernama "kontrakol". Sebuah permainan di mana bola tenis dan tumpukan batu adalah objeknya. Cara permainannya adalah kita dibagi dalam dua regu, antara eksekutor yang melemparkan bola tenis dan yang menjaga tumpukan batu tersebut. Jika bola tenis yang dilempar mengenai tumpukan batu maka tim itu harus berusaha membangunnya kembali, tapi harus waspada, tim lawan juga bersiap sia untuk mematikan gerakan, tim lawan berusaha menghalang halangi pembangunan tersebut, jika terkena bola tenis sebelum tumpukan batu berhasil dibangun kembali maka tim itu dianggap kalah. Tim lawan yang menghalang halangi pembangunan dengan melemparkan bola tenis, tidak boleh mengenai langsung proses pembangunan kembali tersebut, melainkan harus dioper ke temannya terlebih dahulu.

Pada hari itu anak anak dibagi menjadi dua tim, Tim A yang dipimpin Reza dan Tim B yang dipimpin Aji. Setelah suit Tim A mendapat kesempatan pertama untuk menjadi eksekutor, akan tetapi karena gagal maka kesempatan eksekutor diberikan kepada Tim B. sedangkan Tim A yang menjaga tumpukan batu. Pada kesempatan pertama menjadi eksekutor, Tim B berhasil merobohkan tumpukan batu akan tetapi langkah mereka terhenti karena ada satu anggota mereka yang terkena lemparan bola tenis. Berulang kali Tim B berhasil merobohkan tumpukan batu dan berulang kali pula anggotanya terkena lemparan bola, maka tidak ada poin untuk mereka. Poin pertama diberikan kepada Tim A karena mereka berhasil membangun kembali tumpukan batu. Kedudukan 1:0 untuk Tim A. Dalam kedudukan ini, Mas Suryo merubah aturan permaiannannya. Yang ia rubah adalah aturan di mana ketika seorang pemain yang terkena bola maka ia harus meninggalkan lapangan permainan, di aturan permainan pertama adalah jika ada satu pemain dalam tim yang terkena bola maka tim itu kalah. Hal itu dialami oleh Tim B, dalam kondisi hanya menyisakan satu pemain yaitu Budi dan ia pun terkepung oleh Tim A, pada akhirnya pula ia berhasil mempecundangi Tim A dengan berhasil menyusun tumpukan batu.

Pada latihan sore itu, kami juga menyaksikan sebuah pemandangan menarik, sebuah pemandangan yang nampaknya menjadi ispirasi dari pembuat sarung cap Gajah Duduk, nampaknya dulu pembuat sarung tersebut mengalami atau setidaknya mengalami kejadian yang juga kami alami. Yaitu kejadian di mana teman kami, Apsari, terperosok ke dalam selokan, dan posenya ketika itu mirip dengan icon sarung tersebut. Seketika itu juga kejadian yang sangat "memorable" tersebut mendapat banyak respon berupa tertawa terbahak bahak. Tak terhitung berapa volume suara yang dihasilkan akibat kejadian tersebut.

Jam menunjukkan pukul 17.00 lebih sedikit, dan permainan pun diakhiri dengan kedudukan Tim A 1:Tim B 1. Menarik sekali bisa bernostalgia dengan masa kecil kami, berbeda sekali dengan masa kecil anak anak zaman sekarang di mana modernitas melibas hal hal yang bersifat tradisional. Bisa kita hitung dengan jari berapa anak yang masih setia dengan permainan ini. Permainan yang sederhana tersebut sebenarnya juga terdapat elemen elemen dasar dari teater jika kita mau mengupasnya terlebih dahulu. Konsentrasi mejadi poin penting, apalagi ketika kita mendapat bagian menjadi ekekutor. Olah gerak, respon, vokal, ping pong, dll bisa kita dapatkan dalam permainan yang sederhana tersebut.


link foto: http://www.facebook.com/album.php?aid=2076949&id=1433582914&saved

1 komentar:

Budskiy mengatakan...

ngakak sendiri kalo diinget inget.
ampe ada gajah duduk segala dan jempol saya yang berdarah darah.
haha.
ayo kapan kapan begini lagi :D

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template