Motivasi Marah : Ya… Marah

oleh : Hendro Prabowo

Suatu malam di sebuah warung susu sapi segar, Om Yan sedang marah – marah. Om Yan adalah pemilik bengkel Oge ( Oedoek Guedhi alias Moge ) terkenal di Kota Solo. Om Yan adalah orang yang sangat disiplin dalam menjalani hidupnya. Anak – anaknya sukses semua. Bahkan ada yang jadi direktur di sebuah perusahaan asing. Hidup Om Yan yang dulu keras, sekarang sudah more than lumayan. Tapi hebatnya Om Yan tetap hidup sederhana. Nah, malam itu Om Yan lagi marah – marah.
Marahnya tidak tanggung – tanggung, pakai acara misuh – misuh segala. Mulai dari sato iwen sampai pisuhan yang paling merendahkan martabat manusia keluar dari mulutnya. Dia marah terhadap segala hal yang tidak beres jalannya. Mulai dari pemerintahan sampai ke para pedagang. Dari masalah perburuhan hingga ke perpolitikan. Tapi ajaibnya, sambil marah dia tidak lupa terhadap hidangan didepannya.
Dengan intonasi suara yang kencang dan tinggi, raut muka yang kereng, dia memarahi pemerintahan yang tidak becus, anggota dewan yang korup, pedagang yang licik, demonstran bayaran, LSM provokator, mahasiswa malas. Kemudian jeda, mak lhep, sosis bakar itu masuk ke dalam mulutnya. Sambil mencucu karena mulut masih penuh makanan dia menyemprot salah satu pengunjung yang mulai merokok. Rokok adalah produk neo kolonialisme, kemudian dia marah terhadap penindasan buruh oleh pemodal, cengkraman modal asing, BUMN yang diobral, BBM naik tinggi, neo liberalisme, tanah air yang masih dijajah asing. Jeda, mak sruput, STMJ itu masuk dalam kerongkongannya.
Sambil mengusap sisa susu yang menghias kumisnya, dia melanjutkan marah – marahnya. Dan tentu saja dihiasi dengan kata – kata pisuhan. Tak seorangpun menanggapi amarah Om Yan. Para pengunjung warung tersebut sudah terlanjur takjub. Paling – paling cuma nyenggaki sebentar. Belum habis rasa takjub ini, Om Yan sudah pamit minta pulang. Lalu mak klepat, dia sudah mengayuh sepeda anginnya yang butut.
Ketika rasa takjub sudah reda, segera saja si pemilik warung ditanyai tentang motivasi marah dari Om Yan. Si pemilik warung cuma nyengir sambil berkata, “ Om Yan itu ya seperti itu. Sukanya marah – marah. Marahnya Om Yan kok pake motipasi. Marah, ya marah. “ We lha dalah, marah kok tidak pakai motivasi. Stanislavsky bisa bangkit dari kuburnya kalau mendengar itu. Marah kok nggak pake motivasi…

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template