Nona Kim

oleh : Hendro Prabowo

Bagi George W. Bush, wujud teror adalah Islam radikal. Bagi Osama bin Laden, wujud teror adalah Zionisme. Bagi Teater SOPO, wujud teror adalah Nona Kim. Nona Kim ? Bukankah ada banyak hal yang bisa menimbulkan rasa takut pada setiap anggota teater selain, siapa itu tadi, Nona Kim ? Seperti tidak adanya ijin pentas dari pihak yang berwenang. Atau tidak adanya dana untuk pentas. Hal – hal seperti itu jelas momok yang menakutkan dibandingkan dengan Nona Kim. Who the hell is Nona Kim ?
Dulu kala pernah ada anggota teater yang bernama Tholo. Mahkluk satu ini memang dilahirkan untuk ngawur, natural born ngawur. Suatu ketika, si Tholo ini kumat dalam hal pembuktian keeksistensian ngawurnya. Dengan cara apa ? Dengan cara membuka lebar – lebar pintu komunikasi dari dan ke dunia mahkluk halus. Dan tentu saja tempatnya di sekretariat Teater SOPO. Di mana lagi ? ( Begitu pikirnya kala itu ) Walhasil, singkat cerita, Tholo sekarang sudah sukses berada di Mbetawi sana. Dan di Gudang Teater SOPO juga sukses mempunyai penghuni tetap berwujud mahkluk halus yang mempunyai nama Nona Kim.
Seperti halnya Tholo, Nona Kim juga haus dalam pembuktian keeksistensian. Dia sering menampakan diri, membuat suara – suara seram, menebarkan aroma harum dan fenomena penampakan lainnya. Cuma bedanya kalau Tholo sukanya ngawur, Nona Kim lebih tertata. Nona Kim lebih suka mengeluarkan fenomena penampakannya hanya jika kreatifitas Cah SOPO lagi mandeg.
Ketika tak ada proses berkreatifitas di lingkungan sekretariat Teater SOPO, Nona Kim akan menampakan dirinya. Ketika kesunyian menghinggapi sekretariat, Nona Kim membuat suara seram. Ketika sekretariat hanya diisi oleh orang – orang yang melamun, Nona Kim menebarkan bau bunga Kanthil. Begitu seterusnya, tapi, Nona Kim tidak akan menampakkan wujudnya jika ada proses kreatifitas sekecil apa pun di lingkungan sekretariat.
Nona Kim memang bukan wujud hantu seperti kolor ijo, atau pun hantu – hantunya Goenawan Mohamad dalam “ Santeto – fobia .” Tapi lebih kepada petanda akan adanya kemiskinan kreatifitas di tubuh Teater SOPO. Dan seperti bagaimana laiknya sebuah tanda, dia boleh untuk ditafsirkan ulang.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Sekarang..., begitu masuk pintu depan di sekre SOPO, rasane singup, aurane sekre peteng, pokoke kesane serem.
Apakah itu pertanda semua penghuni termasuk Nona Kim yg ada digudang, "mbah uti" yg di Kamar mandi, dan yg lainnya pada keluyuran bebas, karena merasa di sekre SOPO sekarang gak ada penggangu sebangsa manusianya alias sepi penghuni....??!

Anonim mengatakan...

bukan tidak ada kemampuan tapi hanya ketidakmauan untuk tetep peduli dan eksis menggumuli pikiran kita ....tapi ketidakmauan itu juga wujud dari pikiran kita ya????

berusaha menjadi bijak tanpa merasa dibajak,,,,,,
berusaha untuk berani tanpa harus ngenteni.....nek gitu wae piye???

chocolaten mengatakan...

..........?

chocolaten mengatakan...

Tak hanya manusia saja yang butuh persetubuhan tetapi sekre juga membutuhkan belaian mesra dan persetubuhan yang intens agar dapat menghasilkan embrio-enbrio unggulan yang dapat dibanggakan.Sekarang memang lagi krisis persetubuhan

Anonim mengatakan...

@ anggit:

'berusaha untuk berani tanpa harus ngenteni....' IT'S OK

'berusaha menjadi bijak tanpa merasa dibajak,,,,,,' (MAKSUDE PIYEEE??? RELEVANSINE OPO?? ga mudeng aku..)

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template