Secangkir Puisi Sebait Kopi 2011

"Ayo teman-teman, pilih pizza atau kebab atau burger sebagai hidangan waktu SPSK besok". Itulah pertanyaan yang terlontar dari teman-teman 2010 waktu mereka berdiskusi tentang makanan apa yang ingin disajikan kepada undangan pada waktu SPSK digelar. Jangan harap benda-benda tersebut bisa dijumpai pada Secangkir Puisi Sebait Kopi yang diselenggarakan pada Kamis, 12 Mei 2011 tersebut. Karena nampaknya teman-teman 2010 sudah pandai-pandai memainkan konotasi. Yang ada ternyata adalah "counter food", yaitu berupa jagung rebus dan singkong rebus. Diharapkan makanan tersebut bisa menemani kopi yang tersaji di malam itu. Tak apalah melestarikan makanan tradisional yang semakin tergerus pasaran dan peminatnya akibat ekspansi makanan asing.



Secangkir Puisi Sebait Kopi (SPSK) adalah salah satu acara tahunan yang diselenggarakan oleh Teater SOPO dimana susunan kepanitiaan diurusi oleh teman-teman baru. Pada tahun ini teman-teman 2010 yang menjadi panitianya. Kali ini mereka menetapkan dresscode untuk tiap-tiap angkatan. Misal angkatan 2009 memakai pakaian berwarna merah, 2008 biru, 2007 kuning, dan warna-warna lainnya yang menghiasi malam itu. SPSK tidak hanya teman-teman baru yang tampil, tapi juga insidental bagi masing-masing anggota. Tahun ini dibagi ke dalam beberapa sesi per angkatan. Dalam sambutan Pimpro SPSK yaitu Aji Setyawan, dia mengapresiasi terhadap kerja keras teman-teman 2010 yang telah bekerja keras untuk menyiapkan SPSK ini, dan dia juga berpesan untuk menjaga kekompakan.



Sesi pertama adalah teman-teman 2010 yang tampil. Mereka membawakan sebuah karya sendiri dengan sutradara Arif atau lebih dikenal sebagai Om Jin dengan judul "Dua Dalam Satu". Mereka mempersiapkan pementasan ini selama kurang lebih tujuh hari. Salut untuk mereka! "Dua Dalam Satu" yang mengadaptasi dari karya Kahlil Gibran yang berjudul "Dua Keinginan", menceritakan tentang seseorang yang menghadapi kematiannya tapi pada akhirnya ia bisa melawan kematian tersebut karena dia mempunyai kuasa. Menarik melihat teman-teman 2010 bermain di ranah surealis, karena biasanya cerita-cerita cair yang kerap dibawakan, kali ini teman-teman yang datang harus memutar otak berkali-kali untuk mendapatkan inti cerita yang disampaikan.





Dan selanjutnya setelah teman-teman 2010 tampil, MC masuk dan mereka mengundi siapa yang tampil berikutnya. Dan ternyata yang tampil setelah teman-teman 2010 adalah teman-teman 2008. Cukup dua orang saja, yaitu Intan dan Tyok (karena anak 2008 yang hadir pada saat itu hanya Intan dan Tyok). Dengan disorot lampu berwarna biru mereka membawakan sebuah puisi. Menyenangkan melihat mereka tampil.



Malam yang dingin ditambah singkong rebus, jagung rebus, kopi dan penampilan selanjutnya dari anak-anak 2009 menjadi pelipur lara dari kedinginan pada saat itu. Setelah ditunjuk oleh MC untuk maju, mereka terasa bingung, apalagi dengan memasukkan setting tangga dan tali yang ternyata adalah simbolisasi. Sudah terkonsep sepertinya tapi masih saja bingung. Inisiatif untuk memainkan music perkusi menjadi “solusi” ditambah dengan pembacaan puisi oleh Abi dan Dony. Jojo juga membuat “keonaran” ala dia dengan membuat teman-teman lain tertawa.





Penampilan selanjutnya adalah dari alumni. Cukup dengan gitar dan jimbe yang dimainkan oleh Mas Suryo dan Mas Eko, mereka sudah bisa menghipnotis teman-teman yang pada saat itu. Kami harus belajar banyak dari mereka. Menyanyikan lagu-lagu nostalgia, mereka sempat membawakan lagu dari Sio-Sio (sebuah grup music dengan personel dari Teater SOPO), lagu yang menjadi “hits” akhir-akhir ini di sekre yaitu “Goodbye”. Ketika lirik “pancen tresno kui ora kudu nduweni.Kui aku ngerti lan iso tak ngerteni” silakan Anda saksikan sendiri ada beberapa teman-teman kami yang pastinya hati mereka menangis dan merintih akibat masalah cinta yang mereka alami setelah mendengarkan lirik tersebut. Tabahlah kawan! Dan Mas-Mas alumni juga sempat memusikalisasikan puisi dari anggota kami. Tanpa latihan, mereka bisa memusikalisasikan secara baik. Mas Wahid hadir pada saat itu dan dia membacakan curhatan yang tertuang dalam puisi karya dari Mas Eko. Puisi tersebut merupakan curhatan dari Mas Eko ketika dia menjabat sebagai Ketua Teater SOPO beberapa waktu yang lalu. Mas Kombor juga ikut berpartisipasi. Walaupun kondisinya masih kurang fit akibat radang tenggorokan yang ia derita, tapi ia tetap membacakan sebuah puisi hasil karya Rudyaso Febri. Momentum yang dinilai pas karena beberapa hari setelah itu, Mas Rudy melepas masa lajangnya dengan meminang seorang perempuan asal Jombang dan juga termasuk anggota Teater SOPO yaitu Mbak Didi. Dalam kesempatan kali itu Mas kombor juga mengucapkan selamat kepada calon pengantin tersebut. Puisi dari Mas Rudy dibaca secara khidmat oleh Mas Kombor.




2007 dengan pakain kuning-kuning tampil pada saat itu. Awan, Jupe dan Wury adalah tiga orang yang menjadi actor pada malam itu. Cukup lama persiapan mereka di backstage, nampaknya mereka membicarakan strategi apa yang akan digunakan. Awan masuk, kami kira dia akan menari, tapi menari kenapa memakai helm? Ternyata bukan, ia menjadi seorang anak sekolahan yang habis pulang sekolah. Monolog beberapa saat, lalu Wury masuk. Ia sempat berceloteh kenapa waktu ia main selalu menjadi ibu-ibu. Perbincangan ngalor ngidul akhirnya Wury menidurkan anaknya dengan cara membacakan puisi kepada anaknya. Puisi yang ia dapat dari hapenya. Setelah pembacaan selesai kekacauan terjadi, Jupe di backstage berseloroh, “Kapan aku mlebune?”. Hal itu membuat teman-teman tertawa. Dan akhirnya mereka saling cek-cok, udur-uduran sana-sani sebelum akhirnya Mas Gemphile masuk. Melihat Mas Gemphile hadir dan masuk panggung, mereka merasa tertolong oleh kehadiran Sang Dewa Penyelamat Pementasan. Dan akhirnya Mas Gemphile berinisiatif untuk melakukan “workshop” kecil-kecilan pembacaan puisi. Pada waktu dulu Mas Gemphile adalah seorang juara pembacaan puisi. Dengan mengajarkan cara-cara pembacaan judul puisi yang harus tanpa ada penekanan dan intonasi sampai dengan penjiwaan isi puisi, Mas Gemphile coba ajarkan kepada ketiga muridnya yang nakal-nakal. Teman-teman tertawa ketika melihat aksi dari Awan, Jupe dan Wury ketika mereka diajari oleh Mas Gemphile. Dan workshop kecil-kecilan tersebut berakhir sudah.

Mas Ahong sebagai perwakilan 2006 mengajak personel grup vocal karokeannya yaitu Intan dan Cecak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Chekout dan juga tak lupa mengajak dua anggota 2006 yang lain yaitu Mbak Novita “Nopek” dan Mbak Tiwi, dan juga tak lupa mengajak Sendronk Orchestra untuk mengiringi mereka menyanyikan sebuah lagu dari Sindentosca berjudul “Kepompong”. Mbak Tiwi seolah-olah menjadi konduktor orchestra. Memimpin para grup vocal dan pemusiknya. Dan sing along pun terjadi ketika lagu mencapai refrain. Karena lagu ini erat sekali dengan makna persahabatan mungkin ini yang menjadikan teman-teman ber-sing along.




Dan penampilan dari teman-teman 2006 merupakan klimaks dari acara SPSK tahun ini. Banyak makna yang dapat diserap dari acara ini. Terus berkarya kawan, jalan masih panjang terbentang, tetap semangat!

Karena KITA SATU DALAM PERBEDAAN

Foto SPSK 2011, click here: http://www.facebook.com/media/set/?set=a.1727767080682.2086212.1433582914

3 komentar:

Anonim mengatakan...

wah sayangnya aku datang telat,tp aku pikir gpp telat,sama ja ga bs ngliat temen2 yg bs baca puisi dg apik dan mengesankan.kliatannya acaarane gayeng sih,tp rasa puisine kurang ngunu,rada gak sesuai ma judule.opo judule diganti ja... "Sedikit Puisi Secangkir Nyanyi" ???
ben gayeng sisan...
hehe.maap...

Budskiy mengatakan...

udah dikasih review panjang panjang malah cuma ditulis segini.
apa apaan kau bang rezaaaa !!!
tapi so far so good lah.
semoga kebersamaan kita semua semakin erat.
amiiiinn :)
Love you SOPO :*

Annisa Tang mengatakan...

Saya follow blognya, mohon follow back blog saya ya ? http://pinguin-switdiari.blogspot.com

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template