LATAL 2011

Regenerasi adalah suatu hal yang penting. Dan ketika membicarakan masalah regenerasi di dalam organisasi ini maka semua mata akan tertuju pada satu prosesi bernama LATAL. LATAL atau latihan alam adalah sebuah prosesi dimana anggota baru mendapatkan proses awal di Teater SOPO dan bisa dibilang prosesi ini seperti “pembaptisan” anggota baru untuk menuju proses-proses di Teater SOPO. Di dalam LATAL, para anggota baru akan disajikan sebuah penggambaran tentang apa itu teater terutama apa itu Teater SOPO sehingga anggota baru bisa mendapatkan semacam “pencerahan” tentang Teater SOPO. Dan di dalamnya pun anggota baru akan mendapatkan materi-materi yang berkaitan dengan materi dasar teater yang nantinya diharapkan bisa berguna di proses-proses ke depan di Teater SOPO. Materi-materi dasar tersebut hanya gambaran kecil yang dapat diperoleh, banyak pengalaman yang dapat diperoleh di dalam LATAL.

LATAL tahun ini diselenggarakan pada 16, 17, 18 Desember 2011, masih bertempat di Bumi Perkemahan Ngargoyoso Sukuh. LATAL tahun ini memang agak terasa “sepi” karena peserta yang mengikuti LATAL hanya 13 orang. Tapi diharapkan ke 13 orang tersebut bisa menjadi penerus-penerus di Teater SOPO. Hari pertama para anggota baru mendapatkan beberapa materi. Yang pertama adalah materi konsentrasi dengan Abirama sebagai pemateri. Dalam materi ini peserta LATAL (anggota baru dan lama) mempelajari bagaimana membangun konsentrasi. Baik di dalam teater maupun di dalam kehidupan nyata, konsentrasi adalah suatu hal yang penting karena tanpa adanya konsentrasi menjadikan pikiran kita akan tidak focus, dan ketidakfokusan tersebut pastinya akan berpengaruh pada tujuan kita. Di materi pertama ini, pemateri memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana membangun konsentrasi, seperti merasakan atau membuka lebar-lebar semua indera yang dipunyai sehingga dari situ akan terbangun focus. Di akhir materi ini, pemateri memberikan permainan yang menuntut adanya konsentrasi yaitu menghitung dari 1-20, ketika ada peserta yang menyebutkan angka yang sama maka harus diulang kembali ke angka 1. Begitu terus hingga angka terakhir yaitu 20. Di materi kedua yaitu materi imaginasi, rasa, emosi, improvisasi dengan pemateri Agung Irawan, dengan menggunakan media lilin, dari lilin itu peserta disuruh untuk berimaginasi. Bisa dikatan media lilin tersebut adalah lawan main dan juga bisa disebut sebagai media pelampiasan, karena seperti apa yang diajarkan oleh pemateri, dari lilin tersebut peserta disuruh untuk berimaginasi tentang hal-hal yang mereka jijiki, hal-hal yang bisa membuat mereka marah, sedih atau tertawa. Ada banyak luapan emosi, air mata atau bahkan tawa yang terbahak-bahak dari materi ini. Di akhir materi ini peserta disuruh membuat cerita sambung, tanpa ada naskah peserta disuruh untuk berimaginasi untuk bercerita.

Dihari kedua, dimulai dengan pemanasan selama kurang lebih 30 menit, pemanasan menjadi media untuk bisa memompa semangat menjalani hari kedua LATAL. Setelah senam usai, peserta digiring menuju bukit untuk mendapatkan materi olah vokal. Dipimpin oleh Listyo Budi, peserta diberikan materi tentang bagaimana menggunakan teknik vokal. Seperti diawali dengan menggumam lalu dengan ber-A I U E O. Teknik artikulasi digunakan dalam sebuah permainan, di materi ini peserta disuruh terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tadi membuat sebuah kata-kata yang kalau didengarkan terasa asing di telinga, seperti “laler nemplok ning lor rel” , artikulasi menjadi penting di sini. Jika artikulasi tidak tepat maka kelompok tersebut tidak bisa melanjutkan permainan. Ada banyak peserta yang kamisosolen di permainan ini. Di akhir materi peserta bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan untuk memompa semangat. Dan semangat terpompa kembali setelah makan pagi. Setelah makan pagi kembali dilanjutkan dengan materi olah gerak dengan pemateri Wury. Di awal materi peserta disuruh untuk memperkenalkan diri mereka dengan menggunakan gerakan. Tawa membahana ketika ada peserta yang melakukan sebuah gerakan lucu dan sok cool. Lalu setelah itu peserta disuruh untuk berimaginasi supaya mereka berubah menjadi seekor binatang yang mereka sukai. Ada banyak bentuk-bentuk aneh ketika para peserta menirukan polah tingkah binatang. Mulai dari ayam, kucing, monyet, macan dan lain-lain. Hujan menyudahi materi ini. Setelah beristirahat sebentar, kemudian peserta digiring untuk berbasah-basahan di sungai. Yap, materi respon dan kompoisisi ini peserta disuruh untuk melawan dinginnya air sungai. selain itu ditambah juga harus melawan keusilan Sie Acara yang disuruh pemateri untuk membantu materi ini dengan memberikan barang-barang berbau. Barang-barang tersebut seperti balsam, minyak kayu putih. Tapi itu masih tergolong standar, yang di atas standar adalah bau sepatu. Dan tingkat ekstrem bau adalah peserta (yang matanya terpejam pada waktu itu) diberikan sebuah bau kejutan yaitu bau ketiak. Amazing sekali! Perpaduan yang sempurna antara dingin dan aroma ketiak. Setelah dari bau-bauan tersebut peserta ke materi selanjutnya yaitu mereka disuruh untuk membuat sebuah kompisisi. Sama seperti latihan vokal, peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok harus mempresentasikan komposisi mereka dan kelompok lain harus menebak komposisi tersebut. Dan aturannya adalah komposisi yang dibuat harus menggunakan improvisasi, tanpa ada kesepakatan dengan antar anggota kelompok masing-masing. Jadi pintar-pintarnya kelompok menebak komposisi apakah itu.

Materi keempat di hari kedua, seluruh peserta disuruh untuk membawa alat makan sebagai alat penghasil bunyi. Berkaitan dengan bunyi, sudah pasti ini adalah materi music. Dengan pemateri Heri Sendronk dan additional pemateri adalah Sangaji Cavaleri. Dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok disuruh untuk membuat sebuah music suasana dari yang sedih, marah, senang, dan takut. Dengan menggunakan media alat makan atau alat apapun yang penting mengeluarkan bebunyian, mereka diberi sekitar 5 menit untuk meng-arrange music suasana. Dan apakah yang terjadi? Banyak bebunyian-bebunyian unik yang dihasilkan, Bunyi-bunyi tersebut dipadukan dan menjadi unik setelah adanya proses kombinasi 5 menit antara derap kaki, tepukan tangan, bunyi dari alat makan, sehingga suasana yang ditimbulkan unik. Unik memang melihat teman-teman menggunakan alat-alat apa adanya tapi mereka bisa berkreasi. Setiap kelompok mendapat jatah yang sama sehingga mereka bisa berkreasi sama dengan kelompok lainnya berdasar dari arahan pemateri. Lalu puncak dari materi ini adalah setiap kelompok harus membuat lagu. Setiap lagu bebas, yang penting bisa berekspresi. Dan berbeda dari yang sebelumnya kali ini harus menggunakan lirik, dan juga tetap menggunakan instrument. Kelompok pertama presentasi. Mungkin tidak begitu tertata rapi sehingga output yang dikeluarkan kurang enak didengar. Vokalis kelompok pertama adalah Ivan Seventeen KW 100 bernama Edy. Dia Cuma menyanyikan sebuah lirik “Aku mau..Kamu jadi..”. Seketika itu juga tawa langsung meledak. Tak mau kalah dengan kelompok pertama, kelompok kedua bersiap beraksi. Di kelompok kedua ini mereka membuat lagu dengan tema bersuka-suka bermain dengan teman. Di lagu mereka, mereka memperkenalkan diri mereka dalam sebuah lagu, dan ketika sang frontman, Azka, bernyanyi, para Azka Ranger pun merespon nyanyiannya dengan tertawa. Kelompok terakhir dengan sang vokalis Sammy Simorangkir yang sedang menjelma menjadi sosok Riswanda, menyanyikan lagu cinta. Sebuah lagu yang enak didengar dan cocok bagi setiap insan yang sedang galau. Sebuah lagu berjudul “Hujan Di Malam Minggu”, part pertama agak slow tapi menginjak part berikutnya berubah warna musiknya menjadi reggae. Dan ketika part ketiga berubah menjadi dangdut maka crowd pun meliar. Sangat pas sekali menutup hari dengan melihat senja dan senyuman-senyuman bahagia pun tersungging dari bibir teman-teman.

Hari ketiga, hari terakhir dari prosesi LATAL. Berbeda dengan dua hari sebelumnya yang diisi dengan materi-materi, di hari ketiga ini semua akan bersenang-senang. Bersenang-senang dalam artian akan mengaktualisasikan apa yang sudah didapat dari materi-materi sebelumnya. Aktualisasi digunakan sebagai media pengekspresian, di dalam aktualisasi kita membuat sebuah alur cerita yang disajikan dalam pementasan. Aktualisasi kali ini dibagi ke dalam beberapa kelompok. Kelompok teman-teman baru dibagi ke dalam 3 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 4 orang. Sementara angkatan lama dibagi per angkatan. Kelompok pertama yang tampil adalah dari kelompok yang dihuni oleh Rifai, Eka dan Yustina. Kelompok ini memainkan sebuah set garapan yang berbeda, cukup berani mereka karena mereka bermain di ranah surealis. Menceritakan tentang penindasan. Cukup menarik melihat mereka tampil. Lalu kelompok kedua yang dihuni oleh dua wanita dan satu pria. Jika ada satu pria dan dua wanita jelas sekali bahwa alur cerita adalah tentang perselingkuhan. Bara menjadi seorang pria yang mempunyai hubungan dengan Dian, tetapi entah mengapa, sindrom selingkuh itu indah mulai merasuki dirinya dan akhirnya ia berselingkuh dengan Gadis. Tak ada Romeo Juliet di sini, karena sang Juliet akhirnya membunuh Romeo karena Romeo mengingkari cintanya. Dan ending yang bahagia untuk Juliet karena berhasil membunuh Romeo. Cintailah pasangan Anda, hormatilah pasangan Anda karena janji setia itu harus dijaga. Seperti itulah yang ingin mereka angkat.

Beruang Penagih Hutang, sebuah karya dari Anton Checkhov dibawakan oleh teman-teman kelompok ketiga. Debt collector juga manusia karena ia juga bisa merasakan cinta. Sang penagih hutang diperankan oleh Abdul sementara sang nyonya diperankan oleh Femmi. Linda dan Dika sebagai pembantu. Witing tresno jalaran seko geting ingkang nyanding, itulah fakta yang terjadi di panggung. Kisah cinta yang tak terskenario yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya.

Dala session LATAL. Angkatan 2009 mencoba memporak-porandakan sebuah naskah yang sudah disusun apik oleh Mas Hendro Prabowo. Ide cerita mengambil konsep dari Dala. Berbeda jauh dengan Dala yang ceritanya begitu elok nan magis, DALA session LATAL ceritanya begitu elek nan mringis. Kisah percintaan yang semestinya mentautkan sepasang insan manusia yaitu Dala dan Dyah Nala yang akhirnya harus berhenti di tengah jalan akibat ulah Kolor Ijo. Tidak ada Kolor Ijo di cerita ini, yang ada malah dua sosok alien kakak beradik bernama Yeye dan Lala. Yeye dan Lala mencoba untuk menculik Dyah akan tetapi karena Dyah berwujud seperti barang KW, mereka akhirnya mengincar Si Dul (plesetan Dala).

Angkatan 2010 mencoba menceritakan tentang fenomena ayam kampus. Ketika kebutuhan hidup tidak berbanding lurus dengan pendapatan, maka jalan tengah untuk mendapatkan pendapatan adalah dengan menjadi ayam kampus. Sang konsumen adalah seorang Arab yang meminta "produk" kepada sang mucikari. Seperti prinsip ekonomi, dengan pengeluaran sekecil-kecilnya mendapatkan barang berkulitas sebagus-bagusnya. Sang konsumen meminta "produk" tersebut adalah sang mahasiswi ayam kampus akan tetapi karena konsumen meminta yang "murah" maka diberilah "produk KW" alias ayam bangkok oleh sang mucikari. Perkelahian tak terelakkan lagi.

Anak-anak angkatan 2008 tampil beda. Mereka ibarat pepatah, menyelam sambil minum air. Sambil aktualisasi memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada teman-teman baru. Mereka membuat sebuah alur cerita yang diangkat dari kehidupan nyata berorganisasi, dalam cakupan khusus adalah cara membuat sebuah susunan tim yang akan menyelenggarakan sebuah pementasan. Mungkin ini adalah "kespesialan" mereka karena mereka bisa dikatakan telah "terakreditasi" mengampu beberapa divisi, sebut saja Stage Manager, lighting, musik, kostum+makeup, bendahara dan bahkan aktor. Tampilan mereka menceritakan tentang itu bagaimana meramu sebuah pementasan itu berhasil, mulai dari rapat hingga hari H. Mereka juga menerangkah bagaimana kondisi ketika pementasan kurang beberapa jam akan tetapi masih ada tugas-tugas yang belum terselesaikan. Semoga apa yang mereka berikan dalam aktualisasi ini bisa dimengerti oleh teman-teman baru dan semoga kelak akan penerus jejak-jejak mereka.

Kisah cinta di dalam Teater SOPO itu beragam. Ada yang berhasil dan ada yang kurang berhasil (tidak etis kalau diksi yang dipakai adalah: gagal). Penampilan angkata 2006 dan 2007 kali ini perlu dilabeli dengan tulisan: BASED ON A TRUE MOMENT. Kisah cinta yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di sekre dan di luar sekre. Kisah cinta antara oknum berinisial R,A dan I. Kisah cinta nan tragis, epik dan juga menggelitik. Dalam penampilan mereka digambarkan bagaimana perjuangan kedua orang lelaki tersebut ibarat hujan dilalui, ibarat tujuh samudera diselami untuk mendapatkan cinta dari sang pujaan hati. Tapi ketulusan cinta mereka terbentur dua pepatah: "Cinta bertepuk sebelah tangan" dan "Cinta itu tidak harus memiliki". Apa yang dipilih oleh sang perempuan adalah pilihan yang tepat bagi dirinya untuk menyelamatkan persahabatan mereka. Karena persahabatan bagai kepompong, kisah cinta dua orang lelaki tersebut tidak berhasil menjadi kupu-kupu. Tapi di sisi lain kupu-kupu itu akhirnya mengepakkan sayapnya pertama kali dengan menjadi: teman. Cinta ditolak, pilihan cukup menjadi teman pun bertindak. Entah di hati ketiga orang insan manusia itu apakah masih tersisa perasaan cinta itu atau tidak.

Penampilan terakhir adalah dari para alumni. Mas Suryo, Mas Wahid, Mas Aji dan Mas Gemphile membuat sebuah penampilan absurd. Sangat tepat memilih kata absurd karena tidak jelas apa yang mereka tampilkan. Tidak ada dialog, hanya menggunakan gesture. Seperti kartun-kartun bisu yang sedang marak di televisi, mereka mencoba membuat tampilan yang lain daripada yang lain. Ending-nya adalah ketika satu persatu dari mereka meninggalkan arena.

Aktualisasi pun berakhir. Acara selanjutnya adalah bongkar-bongkar tenda. Setalah itu makan siang yang dilanjutkan dengan evaluasi penyelenggaraan LATAL tahun ini. Sekitar sore jam 15.00, bus pun sudah menanti untuk membawa kami pulang ke Solo dengan membawa sebuah kenangan dan secercah harapan. Harapan itu berbunyi:
"Selamat datang kepada anggota baru. Dari tangan-tangan kalianlah SOPO sekarang berada. Gunakanlah kesempatan ini untuk membuat kenangan-kenangan baru, lukiskanlah nama kalian dalam lembaran sejarah Teater SOPO. Indahkanlah SOPO, warnailah SOPO dengan semangatmu, kawan. Selamat datang ke dalam proses-proses di Teater SOPO, Bersiap-siaplah mengucurkan keringat, air mata, dan jadikanlah TEMPAT BERMAIN KAMI ini sebagai media kalian untuk memaknai proses kehidupan. Ssemoga kita menjadi kisah klasik untuk masa depan..."




http://www.blogger.com/img/blank.gif
LATAL ALBUM

0 komentar:

Copyright © 2008 - Teater Sopo - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template